Abimana Aryasatya Tak Lagi Asal Hajar untuk 'Gundala'

Abimana Aryasatya Tak Lagi Asal Hajar untuk 'Gundala'

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Kamis, 25 Jul 2019 09:26 WIB
Hannah Al Rashid, Cecep A Rahman, Abimana Aryasatya. Foto: Larihan Silat 'Gundala' (Saras/detikHOT)
Jakarta -

Dalam film 'Gundala', Abimana Aryasatya berperan sebagai tokoh utama bernama Sancaka. Ia pun berlatih bela diri untuk mendalami karakternya.

Meski karakter yang diperankan olehnya berbeda dari dirinya di keseharian, namun Abimana tak merasa sulit ketika harus melepaskan diri dari karakter yang diperankannya.

Sebab baginya, tokoh jagoan dalam 'Gundala' bukanlah tokoh pahlawan super yang tak terkalahkan. Tokohnya adalah jagoan yang realistis dan tak ubahnya manusia biasa.


"Beberapa film tertentu kaya 'Belenggu' itu iya, gue butuh beberapa bulan untuk menghilangkan itu, tapi kalau (karakter) Sancaka itu menggambarkan karakter orang kebanyakan yang bisa lo temui di mana aja," kata Abi ditemui di Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia (Sancaka) mewakili orang-orang itu (bisa ditemui di mana saja), jadi memang tujuannya semua orang bisa jadi patriot. Normal aja sih," sambungnya.

Karena karakter yang diperankannya dibuat realistis sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya, saat belajar bela diri pun, Abimana diharuskan mengkontrol emosinya.

Hal itu yang menjadi tantangan tersendiri baginya. Sebab, saat dulu ia berlatih silat, dirinya terbiasa bertarung tanpa basa-basi.

"Rata-rata susah ya (gerakan silat). Karena sebetulnya gue memang dari ujung sananya memang tipe yang dalam bentuk seni itu gue tidak ada basa-basi. Jadi nggak pernah yang memutar atau melakukan gerakan itu gue tipe orang yang 'Hajar, hajar, hajar'," urainya.


Namun perlahan Cecep Arif Rahman sebagai koreografer turut membantunya untuk bisa melakukan gerakan bertarung namun tetap indah ditangkap kamera.

"Tapi sama kang Cecep lebih diajarin bisa menempatkan diri biar sebuah tontonan tetap harus dilihat harus indah. Bukan cuma berantem gedebak, gedebuk," katanya.

"Karena kalau terlalu cepat nggak kelihatan juga jadi penempatan point-nya itu tempo di sini memang belajar itu tempo saat kita harus pelan, saat kita terlalu cepat, saat kita pakai tenaga atau nggak itu sih memang perlu banyak belajar," terangnya lagi.




(srs/doc)

Hide Ads