Soesilo Toer, yang merupakan adik kandung sang pengarang buku tersebut, mewanti-wanti agar pihak produksi film tersebut lebih mencernai makna dari tulisan kakaknya itu. Ia menyebut, Bumi Manusia memiliki pengaruh besar terkait nasionalisme.
![]() |
"Kalau sudah baca bukunya, itu persoalannya bukan hanya bumi manusia tok, itu menyangkut harga diri bangsa, penyamaran," terang Soesilo Toer saat dikunjungi detikcom di rumahnya.
Soesilo tak memungkiri, bagi masyarakat yang hanya mengetahui secara permukaan, novel legendaris 'Bumi Manusia' pasti akan banyak memuji. Namun, bagi yang sudah membaca buku tersebut secara mendalam, pastilah merasa keberatan atas pembuatan film tersebut.
"Orang itu kalau sudah baca buku itu secara langsung pasti merasa keberatan, tapi kalau orangnya hanya lihat proses pembuatannya, orang pasti banyak memuji. Saya di tengah-tengah lah," katanya.
![]() |
Ia pun menyindir keberanian sang sutradara, Hanung Bramantyo untuk mengangkat buku tersebut menjadi sebuah film.
"Tapi saya bilang, Bramantyo itu orang yang pemberani. Sesuai dengan kata-kata Pram, hidup harus berani, menang kalah lain lagi. Cuma orang-orang yang berani yang bisa menaklukkan tiga perempat dunia," tuturnya.
"Kalau dia (Bramantyo) bacanya cuma kayak makan kacang goreng, buku Bumi Manusia itu ya pasti gagal. Harus direnungi sedalam mungkin itu. Persoalannya itu bukan hanya harga diri, tapi harga nasionalisme kita," lanjut Soesilo.
(nu2/nu2)