Sang ibu yang bernama Maryam (Tri Yudiman) meninggal dunia karena sakit dan meninggalkan rasa pedih di hati ketiga anaknya dan juga sang asisten rumah tangga, Ijah.
Perdebatan demi perdebatan mulai terjadi dikarenakan pemakaman Maryam. Maryam merupakan seorang muslim, begitu juga Fara, anak pertamanya. Berbeda dengan Aryo dan Adi yang menganut agama Kristen mengikuti almarhum ayahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya sebenarnya jelas nilai Pancasila yang divisualisikan ke dalam film. Karena harus seperti itu dan kembali ke 5 hal mendasar. Kalau lima itu diterapkan kita tidak akan ada keributan," ujar Lola selaku produser dan salah satu sutradara saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/5).
Setiap tokoh yang melambangkan sila Pancasila ini memiliki masalahnya masing-masing. Seperti tokoh Fara yang selalu memegang idealismenya sebagai seorang pelatih renang dan menentukan atlit yang harus dikirim ke Pelatnas.
"Udah saatnya kita tuh punya film seperti ini apalagi ini dirilis di saat Pancasila lagi dipertanyakan banget. Tahun lalu pertama kali Pancasila dijadikan hari libur. Dan sekarang ada film mengusung Pancasila. Film seperti ini udah harus dibuat sih," tukas Prisia.
Diikuti juga Aryo dan Adi yang memiliki permasalahan masing-masing. Aryo yang sebagai anak kedua sekaligus lelaki tertua dalam keluarga, yang harus masuk ke ranah persoalan warisan yang ditinggalkan ibunya, Maryam.
Adi pun memiliki masalah pada batinnya. Ia kerap hidup dalam rasa sedih pasca ibunya meninggal dunia. Adi seringkali menyaksikan peristiwa yang tidak berperikemanusiaan, dan hal itu menggugah rasa kemanusiaannya.
Film yang menggandeng Prisia Nasution, Yoga Pratama, Baskara Mahendra, Tri Yudiman, dan beberapa pemain lainnya, akan tayang pada tanggal 31 Mei 2018, sehari sebelum Hari Pancasila.
Saksikan juga video "Memahami Nilai Pancasila Melalui Film 'LIMA'" berikut ini:
(vep/dal)