Di dalam buku dan sinetron, angka tersebut dengan jelas ditulis 212. Namun setelah melalui riset, banyak yang mempertanyakan kejanggalan tersebut.
"Banyak yang bertanya, kok ada angka 212 pada masa itu? Jadi kami menciptakan satu logo baru untuk Wiro Sableng," kata sang produser, Sheila Timothy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain logo yang kini terlihat lebih serius, kapaknya juga dibuat berbeda. Tidak seperti film Eropa yang dibuat dari besi tempa, senjata pamungkasnya itu memiliki tekstur keris dengan ukiran bernuansa Jawa dan Sumatera.
"Kapak itu hasil diskusi Angga dengan production designer dan juga dari Karavan Studio. Tengah dan ukiran pinggirnya itu representatif dari pukulan-pukulan Wiro Sableng. Tengahnya itu sinar matahari, kiri dan kanannya ada jurus ombak dan angin," tuturnya.
Bulan Agustus ini, film yang digarap oleh Lifelike Pictures dan Fox International Productions tersebut sudah memulai syuting. Untuk keperluan syuting itu, mereka membuat tiga kapak sekaligus.
Lihat Foto: Mengintip Proses Syuting Film 'Wiro Sableng 212' |
"Jadi ada yang tajam, tumpul sama yang bisa dipatahkan. Desainnya juga berkoordinasi dengan Kang Yayan sebagai koreografer silat. Kita lihat juga fisiknya Vino, berapa panjangnya dan besarnya, diputer kayak apa, itu harus bisa real dan bisa direpresentasikan. Kalau di buku itu, secara visual tak tergambarkan," ujarnya.
Pemilihan kapak itu memang menimbulkan diskusi panjang. Mereka ingin sekali membuat yang sangat presisi.
"Gagangnya itu terbuat dari gading kalau di buku. Tapi gading seperti apa dan usianya kapak ini sudah ratusan tahun di tangan Sinto Gendeng. Tugas terberat saya sebagai produser mensupport Angga sebagai sutradara dan merealisasikan visinya," tukas Sheila Timothy.
(nu2/nu2)