Lalu, mengapa pihak pembuat film memilih menyajikan film dalam bentuk dokumenter?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan sutradara Jay Subiyakto juga mengungkapkan, ia menolak untuk membuat film tentang sejarah yang diperankan ulang oleh aktor.
"Kalau itu kan harus bikin pengadeganan lagi, jadi harus ada aktor, harus ada orang yang didandanin persis gitu. Janganlah nanti merusak (imajinasi) orang yang nonton," kata Jay.
"Karena sbenernya kalau kita baca sejarah, itu ada imajinasi di kepala kita. Jadi, saya nggak mau merusak itu dengan bikin (film reka ulang) tapi nanggung," ujarnya lagi.
Jay Subiyakto sendiri, mengaku berusaha memberi kesempatan pada penonton untuk memiliki imajinasinya sendiri. Hal itu ia wujudkan dalam visual pada filmnya.
"Makanya saya bikin dengan animasi, atau lebih kaya siluet, jadi orang bisa punya imajinasi yang lain gitu," tutur Jay Subiyakto. (srs/wes)