Baginya, Mbah Ponco tidaklah berakting seperti halnya aktris kebanyakan dalam film mainstream yang justru ia hindari. Lebih dari itu, di film 'Ziarah' ini, Mbah Ponco sedang mengekspresikan dirinya.
"Saya ingin menghindari stereotype akting. Saya juga ingin film 'Ziarah' menjadi ruang ekspresi bagi orang-orang yang tidak pernah mempunyai ruang di media mainstream," ungkapnya kepada detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengungkapkan, Mbah Ponco juga mengalami langsung masa perang. Pengalaman yang dialami Mbah Ponco ini, menurutnya sangat mendukung untuknya dapat menghayati perannya.
"Pada masa agresi militer Belanda II, suaminya ditangkap oleh Belanda. Pada saat itu, Mbah Ponco sedang hamil tua. Rumahnya dihujani mortir dan peluru. Mbah Ponco lari, berpindah dari satu tempat ke tempat lain," kisah BW Purba Negara.
"Beberapa potongan pengalaman Mbah Ponco ini saya masukan sebagai bagian dari cerita film 'Ziarah'. Dengan cara seperti itu, aktingnya di film 'Ziarah' ini jadi tampak dramatis, unik, dan otentik," lanjutnya.
BW Purba Negara pun melanjutkan, sebenarnya ada banyak kandidat untuk pemeran Mbah Sri. Ia dan timnya mencari calon pemeran 'Ziarah' di desa-desa bersamaan dengan proses pencarian lokasi.
Pilihan akhirnya jatuh kepada Mbah Ponco karena ia dinilai paling tepat untuk memerankan Mbah Sri.
"Mbah Ponco secara fisiologis menarik. Ketika melihat kerut-kerut wajah dan postur tubuhnya, orang akan langsung percaya bahwa beliau memang benar-benar mengalami masa perang," ungkapnya.
Ia menyambung, selain kriteria fisik dan otentisitas akting, baginya Mbah Ponco juga komunikatif dan sehat untuk menjalani proses syuting.
"Beliau juga sangat komunikatif. Pertimbangan selanjutnya adalah beliau masih sehat, dan memungkinkan untuk diajak syuting di lokasi-lokasi yang medannya berat," urai BW Purba Negara. (srs/dar)