Refleksi Perkembangan Perfilman Indonesia

Refleksi Perkembangan Perfilman Indonesia

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Kamis, 30 Mar 2017 08:33 WIB
Foto: Dok. Kamala Media Cipta
Jakarta -

Hari ini, 30 Maret 2017, Indonesia kembali akan merayakan Hari Film Nasional. Secara sejarah, tanggal 30 Maret diperingati sebagai hari film nasional karena tanggal tersebut di tahun 1950 silam adalah hari pertama dari pengambilan gambar film 'Darah & Doa' garapan sutradara Usmar Ismail.

Sebenarnya, sebelum 'Darah & Doa', Indonesia telah memiliki sejarah panjang di dunia perfilman. Tercatat film pertama yang dibuat di Indonesia berjudul 'Loetoeng Kasaroeng' yang disutradarai oleh G. Kruger dan L. Heuveldorp di tahun 1926.

Selain itu, Indonesia pun telah memiliki bioskop sejak 1900. Bioskop dengan nama 'Gambar Idoep' tersebut dibuka pada 5 Desember 1900 di Tanah Abang, Batavia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, bagaimana wajah film Indonesia kini?

Sempat mati suri, di awal 2000an film Indonesia kembali bangkit lagi. Setahun terakhir, film-film dalam negeri mulai menunjukan taringnya.

Yang membuat iklim perfilman semakin kondusif, bukan hanya karena jumlah film Indonesia yang mulai merajai layar bioskop, akan tetapi juga munculnya film-film yang dapat diperhitungkan secara kualitas.

Terbukti, berbagai film Indonesia berhasil berjaya di kancah festival film mancanegara. Tak hanya itu, beberapa nama sutradara muda yang idealis pun turut muncul mencuri perhatian khalayak.

BW Purba Negara dengan film 'Ziarah' atau Wicaksono Wisnu Legowo dengan film 'Turah' yang laris manis di festival adalah sedikit contoh dari nama-nama gemilang di perfilman Indonesia kini.

Refleksi Perkembangan Perfilman IndonesiaFoto: Dok. Twitter Film Ziarah



Genre-genre yang film Indonesia coba tampilkan di satu tahun terakhir pun semakin beragam. Film bergenre drama romantis atau komedi yang laris tetap ada dan diminati, akan tetapi, genre-genre lain misalnya horror, laga, hingga biopik pun mulai dilirik oleh sineas muda Indonesia.

Tahun ini, ada pula beberapa film lawas yang didaur ulang, sebut saja 'Galih & Ratna' atau film 'Jomblo' yang kini tengah dalam proses pembuatan. Film sekuel pun menjadi tren di satu tahun terakhir ini, sebut saja 'Ada Apa dengan Cinta 2' yang meraup sukses besar.

Salah satu upaya yang paling berani nampaknya dilakukan oleh 'Warkop DKI Reborn' yang mencoba menghidupkan kembali karakter Dono, Kasino, dan Indro yang memang telah lama dirindukan oleh penggemarnya.

Di lihat dari jumlah penonton, beberapa film Indonesia tahun ini pun meraup sukses yang menggembirakan. Beberapa film bahkan meraup angka penonton hingga jutaan pasang mata.

Yang membuat industri film semakin meriah, tak hanya film-film buatan rumah produksi besar yang berhasil mencuri perhatian, film-film independen pun turut mencuri pasar.

Akan tetapi, tidak ada hal yang selamanya sempurna. Di balik segala kemajuan dan iklim industri film yang kian kondusif, ada beberapa masalah yang masih kerap menjadi sorotan. Salah satu permasalahan tersebut adalah jumlah layar.

Di tahun ini, masih ada beberapa kota di Indonesia yang belum memiliki bioskop. Untuk wilayah tertentu, film masih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau.

Pendidikan formal untuk perfilman pun terbilang masih sedikit, meski pun sudah ada sekolah-sekolah film berdiri, akan tetapi, jurusan perfilman masih jarang dijumpai disejumlah universitas dan sekolah kerjuruan.

Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah dan membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk membuat industri film tetap hidup dan bergairah.

(srs/doc)

Hide Ads