XXI Nilai Porsi 60 Persen untuk Film Lokal Menekan Bioskop

Jakarta - Undang-undang perfilman yang menyatakan pelaku usaha wajib menayangkan 60 persen film lokal di layar lebar ditanggapi lebih lanjut oleh jaringan bioskop Cinema 21 atau XXI. Aturan tersebut dianggap belum pas diberlakukan.

XXI berdalih metode screen quota 60 persen film nasional dan 40 persen bagi film asing tidak akan mendorong berkembangnya industri film lokal. Dari mana acuan pandangan tersebut?

"Satu-satunya negara Korea Selatan yang mengurangi screen quota menjadi 20% film lokal di bioskop tahun 2006. Justru sejak itu market share film lokal meningkat pesat mencapai lebih dari 50%. Karena, pada dasarnya industrinya bertumbuh karena filmnya bagus, berkualitas dan disukai penonton," jelas Catherine Keng, Corporate Communication Cinema 21, kepada detikHOT, Rabu (17/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aturan dalam UU No.33 tahun 2009 itu pun dianggap akan menekan usaha bioskop. Aturan tersebut dinilai menekan industri film di sektor eksibisi.

"Kalau bisa kebijakan proteksi jangan merusak pasar dan malah dibebankan kepada industri bioskop," tambahnya.

Sejak 11 Februari lalu pemerintah telah mencabut perfilman dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Beberapa industri film yang dibuka untuk asing antara lain adalah studio pengambilan film, laboratorium pengolahan film, sarana pengisian suara film, sarana percetakan dan/atau penggandaan film, sarana pengambilan gambar film, sarana penyuntingan film, sarana pemberian teks film, pembuatan film, pertunjukan film, studio rekaman, dan pengedaran film.