Menariknya, pasangan suami istri yang menikah ratusan tahun lalu itu tak sepenuhnya menyeramkan. Bagaimana mau seram, kalau Genderuwo dan Kuntilanak itu diperankan oleh Reza Rahadian dan Tara Basro. Keduanya adalah pasangan Demit bernama Tonny dan Ros.
"Pendalaman gue nggak ada pendalaman yang rumit atau sulit. Ini sangat simpel, karakternya sudah jelas dari awal. Gue sama Tara lebih banyak ngobrolnya, banyak diskusi di luar arahan dari Joko Anwar (sutradara). Selalu mencoba memberikan kepada sutradara apa yang nggak ada di kepala dia," cerita Reza Rahadian dalam sesi wawancara di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjadi pasangan Genderuwo dan Kuntilanak membuat mereka juga harus pandai berkelahi. Karena dalam serialnya, dua karakter ini adalah yang paling kuat di antara klan Demit lain.
"Ada pelatihan fighting sekitar dua bulan. Itu buat ngeluwesin aja sih. Karena kita berdua sudah punya basic-nya kan waktu di 'Pendekar Tongkat Emas', jadi nggak begitu sulit lagi," tambah Tara.
Bagi keduanya, bukan cuma cerita dari 'Halfworlds' saja yang menarik. Tapi karakter-karakter di dalamnya yang dimainkan para aktor kelas atas, serta kepiawaian sineas Indonesia membuat hidup set syutingnya.
"Sangat menyenangkan melihat Asti (Adinia Wirasti) killing people, melihat Arifin Putra begitu misterius. Ada good dynamics satu karakter dengan lainnya. Selain itu juga membuka kesempatan kepada penonton memilih karakter idola, termasuk villain-nya. Ada cinema experience walaupun serial, gambarnya enak dilihat, gerakan, kostum. Seluruh set itu di-build dan hidup. Kece banget sih untuk standar Asia dan seluruh kru yang membangun itu dari Indonesia," ungkap Reza.
'Halfworlds' merupakan serial fantasy-thriller-drama produksi asli HBO Asia yang akan tayang mulai Senin, 29 November besok pukul 21.00 WIB. Menceritakan tentang manusia yang hidup bersanding dengan klan lain bernama Demit dan harus menjaga kesimbangan dalam hidup berdampingan.
"Kadang-kadang orang kita terlalu suka judgmental sama film Indonesia, begitu tayang langsung dibanding-bandingkan. Sementara lupa bahwa value-nya bukan itu. Serial ini harusnya menjadi karya yang memngembangkan orang Indonesia, karena otomatis ketika demit-demit asli Indonesia ini menjadi modern, serial ini dijual secara global. Dengan begitu Kuntilanak, Genderuwo, Tuyul bisa dikenal at least di South East Asia," tutup Reza.
(mif/ich)