'Spectre': Bond yang Makin Sentimentil

'Spectre': Bond yang Makin Sentimentil

Candra Aditya - detikHot
Senin, 09 Nov 2015 13:18 WIB
Jakarta - Daniel Craig membuka ‘Spectre’ sebagai James Bond dengan mengikuti festival orang mati di Meksiko. Ketika perempuan yang baru saja diciumnya bertanya ke mana dia akan pergi, Bond menjawab dengan santai, “Saya tidak akan pergi lama.” Tentu saja “tidak pergi lama”-nya Bond melibatkan gedung yang runtuh, berlari mengejar penjahat, adu kelahi superseru di sebuah helikopter yang melayang di tengah-tengah alun-alun. Setelah Bond akhirnya selamat dan memegang cincin yang merupakan suvenir dari aksi gilanya barusan, suara pemenang Grammy Sam Smith menggebrak speaker bioskop.

‘Writing’s On The Wall’ mengikuti jejak theme song Adele dalam ‘Skyfall’ beberapa tahun silam. Lagunya gloomy dan moody. Dan, seperti opening title film-film James Bond sebelumnya, suara sayatan Sam Smith merupakan peringatan tentang apa yang bakal terjadi dalam beberapa menit ke depan. Hal itu menyangkut organisasi kriminal terencana, nasib para mata-mata yang dimusnahkan, percintaan singkat yang mengharu biru, dan bagaimana seorang Bond harus memahami arti “menjadi dewasa”.

James Bond versi Daniel Craig menjadi seperti sekarang karena zaman sudah berubah. Orang-orang jauh lebih tertarik menyaksikan pahlawan yang mempunyai masalah yang lebih real daripada membunuhi para penjahat yang terobsesi ingin menguasai dunia. Penonton suka melihat pahlawan yang tersiksa secara batin dan dihantui masa lalu. Trilogi Batman milik Christopher Nolan melenggang dengan mulus dengan gambarannya atas pahlawan yang terluka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian muncul film-film spionase aksi lain yang memberikan definisi baru atas kata “macho”. Trilogi Bourne yang dimainkan oleh Matt Damon tidak pernah tertarik untuk membuat sang karakter menjadi playboy. Bourne adalah seorang agen yang sangat terlatih dan fokus. Tidak ada waktu untuk bercinta dengan perempuan asing eksotis. Dan kenyataan Bourne bisa menghancurkan satu agency hanya dengan tangan kosong tanpa bantuan Q (Ben Wishaw) atau M (Ralph Fiennes) membuat para produser Bond memikirkan ulang image Bond yang terbaru.

Tentu saja bukan Bond namanya jika dia bukan pria yang flamboyan dan digilai wanita. Hal tersebut tetap ada. Namun Bond yang terbaru mematikan dengan tangan kosong dan mempunyai luka emosional yang mendalam. Dan semakin nyata dalam ‘Spectre’ setelah sang mentor meninggal dunia dalam ‘Skyfall’. Emosi inilah yang menjadi salah satu highlight dalam ‘Spectre’.

Dibuka dengan adegan tracking satu shot tanpa henti, Hoyte van Hoytema yang juga merekam ‘Interstellar’ untuk Christopher Nolan memberikan visual yang megah. Hoytema memang belum bisa memberikan keindahan yang epik seperti yang dilakukan Roger Deakins dalam ‘Skyfall’, namun Spectre dengan lokasi yang wah dan bujet produksi yang fantastis menampilkan salah satu visual paling cemerlang tahun ini.

Sam Mendes yang kembali lagi ke kursi sutradara setelah banjir dolar dan pujian lewat ‘Skyfall’, ternyata tidak sanggup mengubah babak ketiga ‘Spectre’ menjadi bermakna. Film ini memiliki awalan dan perjalanan yang cukup meyakinkan. Apa yang ditemukan Bond dan sekaligus masalah terbaru yang dihadapi M di agensi cukup menyenangkan. Apalagi ketika akhirnya mereka bertemu di akhir film.

Namun, tetap saja, dengan usahanya menciptakan film Bond yang kece, Mendes tak bisa menghilangkan logika bodoh seperti kenapa Bond dan Swann (Lea Seydoux yang cemerlang) pergi menemui Ernst Stavro Blofeld tanpa rencana yang benar-benar jelas? Bukankah exit strategy itu penting? Dan begitu Bond pergi ke babak akhir, semua kemisteriusan organisasi Spectre dan alasan kenapa mereka mau menguasai dunia menjadi hilang begitu saja. Tidak ada excitement, tidak ada aura berbahaya. Semuanya hanya menjadi sekedar aksi Bond menyelamatkan Swann.

Meskipun begitu, seperti halnya kolaborasi Mendes dan Craig dalam ‘Skyfall’, keduanya berhasil menciptakan Bond yang tetap menawan dan kharismatik. Ralph Fiennes, Ben Wishaw dan Naomie Harris diberikan lebih banyak hal untuk dilakukan dan mereka melekat di layar dengan mudahnya. Seydoux memang tidak memiliki chemistry luar biasa seperti halnya Eva Green dan Craig dalam ‘Casino Royale’, tapi setidaknya dia tidak menjadi Bond Girl yang pasif. Seydoux berhasil memberikan hal yang lebih terhadap sebuah karakter yang kurang kompleks.

‘Spectre’ memang tidak semegah 'Skyfall' atau semenarik ‘Casino Royale’. Tapi, setidaknya seri kali ini tidak semembosankan ‘Quantum of Solace’. Sam Mendes masih mempunyai amunisi yang cukup untuk menciptakan sebuah tontonan blockbuster yang megah dengan visual yang cantik. Dan sebagai penggemar James Bond, Anda diwajibkan untuk menyaksikan aksi terbaru Daniel Craig ini.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta

(mmu/mmu)

Hide Ads