Bisa ditebak, alur cerita yang mengangkat kisah cinta antara cowok SMA dengan cewek pekerja seks komersil (PSK) di Balikpapan menjadi pemicunya. Sebuah ormas Islam keberatan dengan penayangan 'Bidadari Terakhir' di bioskop di kota minyak tersebut.
"Jadi ceritanya, tim bikin acara nobar dengan pemerintah dan media tanggal 7 September kemarin. Keesokan harinya, XXI dan Blitzmegaplex dipanggil polisi karena ada seruan somasi dari ormas Islam. Mereka melarang. Akhirnya kita yang sudah ada di Jakarta langsung berangkat lagi ke Balikpapan malam-malam," cerita Whulandari Herman yang berperan sebagai PSK bernama Eva, saat ditemui di Kawasan Blok M Square, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim 'Bidadari Terakhir' bersama pemerintah daerah Balikpapan juga sempat musyawarah bersama. Mereka membahas lebih rinci lagi tentang film yang dianggap dapat mencoreng wajah Balikpapan yang berslogan 'Kota Beriman' itu.
"Mereka juga banyak yang tanya, kenapa Putri Indonesia mengambil film seperti ini. Aku jelaskan kalau film mengambil sangat memberi inspirasi. Bagaimana Rasya itu bisa mencintai Eva dengan tulus, melakukan apa saja. Bagaimana kalau orangtua itu terlalu keras sama anak, banyak nilai positifnya di luar cerita PSK yang mungkin cuma 20 persen," tutur aktris yang kini berusia 26 tahun itu.
Setelah gejolak itu selesai, tak ayal warga Balikpapan langsung menyerbu bioskop. Seluruh tiket untuk lima jam tayang di dua layar XXI di kota itu ludes terjual pada penayangan hari perdananya.
"Ya memang sedikit banyak terbantu sama itu. Tapi kami juga sangat kaget ternyata masih banyak sekali orang-orang yang judge the book by its cover," tutup Whulan.
(mif/mmu)