Kali ini, ada tiga film yang diputar di teater A Sakurazaka Theater dan berkapasitas lebih dari 291 orang. Ruang teater ini lebih besar daripada teater B yang muat sekitar 100-an orang, tempat pemutaran film 'Assalamualaikum Beijing' yang diputar pada Rabu (25/3) lalu.
Para penonton diwajibkan terlebih dahulu membayar tiket senilai 1.645 yen atau sekitar Rp 190 ribu (umum). Serta pelajar atau mahasiswa bisa membayar 1.300 yen atau Rp 150 ribu. Kedua harga itu berlaku untuk tiga film pendek internasional yang diputar secara maraton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berlatar kota kecil Nanjo yang berada di pinggir pantai pulau Okinawa, film ini menceritakan tentang Ayumi 34 tahun yang bekerja di sebuah pusat informasi kota selama 10 tahun. Saat internet mulai merambah kota dan negaranya, call center tempatnya bekerja pun bangkrut.
Baca Juga: Mengapa Batman dan Superman Berkelahi di 'Batman v Superman: Dawn of Justice'?
Ayumi dihadapkan antara dua pilihan, tetap di kota tempatnya bekerja atau pulang ke kampung halamannya. "Saat saya terpilih untuk menyutradarai film pendek ini atas permintaan pemerintah Okinawa, pulau ini mirip seperti Yogyakarta. Seperti di rumah dan semuanya berjalan lambat," ucapnya usai pemutaran.
Para penonton pun tampak hikmat menonton 'Rumah'. Film ini menampilkan keindahan kota kecil Nanjo bersama pantai dan pusat perikanan nelayannya. Detail pengambilan gambar dan simbol Okinawa lebih terasa daripada inti cerita yang ditampilkan.
"Ini lokasi yang bagus untuk buat film dan Jepang punya banyak lokasi yang bagus. Saya penasaran Nanjo akan seperti apa ketika difilmkan," kata Erika yang berperan sebagai Ayumi.
'Rumah' menjadi salah satu film yang diputar dalam 'The Local Origination Project'. Proyek film internasional ini memutar 19 film buatan sutradara ASEAN. Proyek ini menampilkan berbagai sisi dari Okinawa menurut sudut pandang masing-masing sutradara. Selain 'Rumah', masih ada film lainnya yang diputar hingga hari terakhir festival Minggu (29/3) mendatang.
(tia/ich)