Pada akhir 1950 tanah Korea dibombardir pasukan China. Perang berkecamuk hingga terjadi pengungsian 14 ribu warga dari wilayah utara ke selatan. Di antara kerumunan orang yang menyemut menuju Pantai Hungnam (sekarang Korea Utara) untuk dievakuasi dengan kapal perang Amerika, bocah lelaki Duk-soo terlihat berjuang keras menyelamatkan diri beserta adik perempuannnya yang masih balita di gendongan. Ayah dan ibunya sesekali berteriak lantang kepadanya agar terus menjaga sang adik agar tidak lepas.
Malang, saat Duk-soo berhasil menaiki kapal, adiknya hilang dari gendongannya. Sang ayah kembali turun dari atas kapal untuk mencari putri bungsunya itu. "Selama ayah belum kembali, kau yang menjadi kepala keluarga," pesannya sesaat sebelum turun dari kapal. Namun, kapal yang dinaiki Duk-soo beserta ibunya itu keburu pergi meninggalkan garis pantai. Ayah dan adiknya hilang begitu saja hingga berpuluh tahun kemudian kejadian tersebut menghantui Duk-soo.
Film ini bercerita tentang janji Duk-soo (diperankan dengan begitu memikat oleh Hwang Jeong-min, 'A Man Who Was Superman') kepada ayahnya untuk menjaga keutuhan keluarganya. Sebuah janji yang kemudian membawa Duk-soo menjalani hidup penuh rintangan yang membentang hingga 60 tahun lamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cukup dengan mencari nafkah di Jerman, Duk-soo dan Dal-goo kemudian mencoba peruntungan lainnya sampai-sampai mereka nekat pergi ke medan tempur di Vietnam. Duk-soo semasa hidupnya mengalami beberapa momen penting dalam peristiwa bersejarah. Ia bahkan sempat bersinggungan langsung dengan orang-orang penting negara Korea termasuk bertemu dengan pendiri grup perusahaan raksasa Hyundai, Chung Ju-yung. Pendekatan ala 'Forrest Gump' ini menambah nilai jenaka dalam alur film, membuatnya jadi tak sekedar tontonan penuh haru namun juga menggelitik untuk ditertawakan.
'Ode To My Father' adalah melodrama yang berpusat pada cerita keluarga dalam skala film 'Titanic'. Sungguh ini sebuah pencapaian mahatinggi dari industri perfilman Korea. Dibesut oleh JK Youn ('Haeundae', 2009), di Korea sendiri film ini telah ditonton lebih dari 10 juta orang dari total 50 juta penduduknya, dengan pemasukan kotor lebih dari $ 75 juta. Film ini menjadikan JK Youn satu-satunya sutradara dengan total dua film yang dibuatnya berhasil masuk "Klub Elit 10 Juta Penonton".
Hwang Jeong-min tampil begitu kharismatik sebagai Duk-soo muda maupun versi tuanya. Begitu pun Kim Yunjin, pemeran Sun Kwon dalam serial 'Lost' ini dengan luwes mampu mengimbangi permainan Jeong-min hingga keduanya terlihat serasi sebagai pasangan yang saling melengkapi satu sama lain.
Adegan yang paling menguras air mata dalam film ini berpusat pada pencarian Duk-soo atas adiknya yang hilang. Duk-soo bergabung bersama warga Korea Selatan lainnya yang tak terhitung jumlahnya, yang terpisah dari orang-orang yang mereka cintai. Mereka berpartisipasi dalam program KBS, sebuah acara di TV nasional yang memberi kesempatan untuk menyatakan nama dan rincian kerabat mereka yang hilang. Diperkirakan 1,2 juta warga Korea terbunuh dalam perang kala itu, dan tak diketahui pasti sejumlah lainnya yang mengungsi.
Adegan yang direkonstruksi dengan menggunakan rekaman asli dari program KBS tersebut menambah berat kadar emosi penonton. Disiarkan secara langsung, kerabat mempertanyakan satu sama lain pada detail asal-usul dari keluarga mereka untuk menentukan apakah mereka anggota keluarga yang hilang. Banyak reuni "tali kasih" penuh isak tangis yang terjadi.
Menjelang akhir film, Duk-soo yang sudah tua berbicara kepada dirinya sendiri, memegang foto ayahnya ke dada dan terisak. "Ayah, aku telah memenuhi janjiku dengan baik. Aku pikir aku telah menjalani hidupku dengan cukup baik. Tapi kau tahu apa? Semua ini kujalani dengan begitu berat, Ayah." Pernyataan sendu tersebut meringkas esensi dari film ini.
'Ode To My Father' merupakan film terbaik yang saya tonton tahun ini, paling tidak sejauh ini, dan rasanya bakal sulit sekali tergeserkan oleh film-film lain. Dalam satu paket, film ini memiliki hampir segalanya; naskah cerita yang memikat, humor dan melodrama yang seimbang takarannya, permainan apik dari aktor-aktornya, penyutradaraan, efek visual, hingga desain set tata produksi yang mengagumkan. Duh, Gusti kapan film Indonesia bisa begini?
Film 'Ode To My Father' hanya diputar di jaringan bioskop Blitzmegaplex.
Shandy Gasella pengamat perfilman Asia











































