Bagaimana tidak, sang Ibunda juga sempat memiliki lapau dan Lia seringkali ikut berbelanja bahan masakan bersama Ibunda. Kehidupan di dalam sebuah lapau bukanlah sesuatu yang asing bagi Lia, namun menangkap kehidupan tersebut melalui lensa adalah tantangan yang disambut dengan gembira olehnya. Kekayaan warna dalam makanan Minang juga banyak menjadi inspirasi Lia dalam proses color grading untuk film 'Tabula Rasa'.
βKami banyak bermain dengan warna,β ungkapnya. βSeperti makanan Minang yang colorful, saya berusaha menampilkan itu ke dalam visual Tabula Rasa,β ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
βKebutuhan untuk menangkap detail dan cahaya sangat dibutuhkan untuk Tabula Rasa. Terutama untuk shot-shot makanan dan konsep penggambaran yang diminta oleh Sutradara, untuk itu Camera Alexa XT Plus dengan resolusi tinggi merupakan pilihan terbaik untuk Tabula Rasa,β ujar Lia dalam keterangan yang diterima detikHOT, Senin (8/9/2014).
βHasil output Alexa XT Plus yang berupa uncompressed raw akan sangat membantu proses color grading dalam post-productionβ, tutur Lia menambahkan.
Sutradara muda berbakat Yandy Laurens menangkap sepotong aksi Lia sewaktu mengambil gambar di Serui, Papua yang dapat disaksikan melalui channel Youtube Tabula Rasa. Lia berperan penuh untuk pengambilan gambar dalam film Tabula Rasa, shot-shot yang ia ambil merupakan visualisasi dari cerita penulis Tumpal Tampubolon.
Tabula Rasa adalah sebuah film bergenre drama keluarga yang mengangkat budaya dan masakan Minang. Bercerita tentang Hans adalah seorang pemuda dari Serui, Papua, yang mempunyai mimpi menjadi pemain bola profesional. Namun nasib berkata lain, dan ketika Hans hampir kehilangan harapannya untuk hidup, ia bertemu dengan Mak, pemilik rumah makan Padang (lapau). Di tengah perbedaan Hans dan Mak, mereka menemukan persamaan. Makanan merupakan iktikad baik untuk bertemu, dan lewat makanan dan masakan, Hans kembali menemukan mimpi dan semangat hidup.
Lewat masakan dan makanan keempat karakter ini bertemu, berusaha saling memberikan harapan dan semangat. Lewat masakan dan makanan, mereka berusaha saling memahami dan meleburkan perbedaan-perbedaan yang ada. Lewat masakan dan makanan pula, Hans mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga tentang hidup. Mungkinkah Hans mendapat kesempatan yang baru untuk memulai kembali hidupnya tanpa adanya sebuah prasangka yang buruk?
Film ketiga dari LifeLike Pictures yang disutradarai Adriyanto Dewo dan diproduseri oleh Sheila Timothy akan mulai tayang di bioskop pada 25 September 2014.
(ich/mmu)











































