Menurut Andri, saat ini produser film tersebut belum memutuskan apakah 'The Sun, The Moon & The Hurricane' akan ditayangkan di bioskop reguler. Dari cerita, konsep awal film ini memang bukan untuk keperluan komersial.
"Sudah ada beberapa festival yang kita ingin ikuti, tapi nggak enak kalau disebutkan. Nanti saja apabila memang sudah resmi masuk," kata Andri saat berkunjung ke kantor detikHOT beberapa waktu lalu.
Saat mempromosikan filmnya, sutradara 'Rawa Kucing' itu juga mengajak semua pemain utama filmnya. Ada William Tjokro (Rain), Cornelius Sunny (Will), Natalius Chendana (Kris), dan Gesata Stella (Susan). Mereka juga didampingi oleh Paul Agusta sebagai produser.
"Kita juga ingin meluruskan, kemarin sempat ada berita bahwa film kita akan dirilis di bioskop, padahal masuk lembaga sensor saja belum. Kita belum memutuskan," jelas Paul.
'The Sun, The Moon & The Hurricane' bercerita tentang kehidupan satu pria di tiga tahap kehidupannya, di usia belasan, dua puluhan dan tiga puluhan. Transformasi Rain sang karakter utama di fase-fase terbesar dalam hidupnya, terbentuk dari orang-orang yang ia temui dan tempat-tempat yang dikunjungi.
"The Sun, The Moon and The Hurricane itu tiga sosok orang yang ditemui dalam hidupnya. Dia karakternya Rain (hujan), lalu dia melihat tiap orang yang ditemui ini kayak hurricane, badai. Usia belasan relationship itu kayak badai. Tahun 20-an The Sun, happy, menyinari hidupnya. Masuk di 30-an lebih kalem, menenangkan, itu The Moon. Tapi tanpa disadari dia sendiri bertransformasi melewati The Sun, The Moon dan The Hurricane," jelas Andri.
Dengan bujet terbatas yang digunakan secara efisien, 'The Sun, The Moon & The Hurricane' sekaligus menjadi pembuktian Andri sebagai sutradara baru. Ia mengambli lokasi di tiga kota, yakni, Bangkok, Bali, dan Jakarta.
"Kita mulai syuting April di Bangkok, lanjut di Bali. Karena bercerita tiga tahap kehidupan seseorang, dan ada perubahan fisik aktor-aktornya, jadi ada jeda syuting hingga rampung pada September di Jakarta," lanjut sutradara kelahiran 29 Mei 1982 yang menyabet Best Asian Short Film at Screen Singapore di 2011 lewat film 'Payung Merah' itu.
(ich/ron)