Direktur Festival Voni Novita yang memberikan sambutannya sempat menyebut bencana asap Riau sebagai masalah lingkungan superserius yang kini harus dihadapi manusia akibat perusakan hutan. Lewat festival yang digelarnya, ia mengajak agar semua pihak menyadari sejak dini akibat dari gaya hidup yang mengabaikan pemeliharaan lingkungan.
"Tema festival kali ini adalah O Balihara, diambil dari bahasa suku Kei di Maluku, yang artinya 'pelihara' yang diharapkan menjaid inspirasi bagi setiap orang untuk memelihara dan menyelamatkan alam Indonesia yang semakin kritis," ujar Voni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Layaknya festival film pada umumnya, STOS juga dimeriahkan dengan kompetisi film, diskusi hingga hiburan lainnya seperti stand up comedy. Semua acara selama festival digelar di dua tempat, Goethe Institut di Menteng dan Kineforum di Taman Ismail Marzuki.
"Program STOS memang tidak seseram yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang, yang isinya hanya film berat nan serius ala aktivis lingkungan," ujar Direktur Pogram Dimas Jayasrana.
Setelah dibuka dengan film produksi Spanyol 'Even The Rain' karya sutradara Iciar Bollain semalam, hari ini STOS akan hadir pukul 13.00 WIB dengan 3 film dari kompetisi dokumenter di Goethe serta sebuah diskusi dan pemutaran perdana di Kineforum. Berikut jadwal selengkapnya:
Sabtu (15/3) pukul 13.00 WIB
Goethe
Menolak Menyerah (2013), karya Bambang HP, durasi 24 menit: Harwati, ibu dua anak korban lumpur Lapindo, kehilangan semuanya. Namun, ia menolak untuk kehilangan semangat hidup. Ia pun memilih menjadi tukang ojeg ketimbang berdiam diri menunggu uang ganti rugi.
Young Man and the Sea (2012), karya Yusron Fuadi, durasi 29 menit: Seorang filmmaker muda memutuskan bekerja di kapal pesiar untuk meneruskan kuliahnya di bidang film. Setelah mendapat pengalaman, ia mengakhiri kontraknya dengan cara yang radikal.
Tambaksari Last Land (2012), karya Fajar Kuncoro, durasi 8 menit: Hanya ada 6 kepala keluarga yang tinggal di Tambaksari. Hal itu disebabkan oleh bencana ekologis akibat perubahan iklim
Kineforum
Di Atas Air dan Batu (2014), dokumenter karya Bowo Leksono, durasi 25 menit: Perempuan punya peran penting dalam menghadapi perubahan iklim. Film ini mendokumentasikan kiprak 3 "aktivis" perempuan di Molo, NTT dan Morodemak, Jawa Tengah. Mereka berkiprah di alam, menjadi yang terdepan di lingkungannya dalam melestarikan pangan lokal, bertahan hidup dengan dengan kemandirian, menghargai hasil laut, air, hutan dan tanah. Dan, seperti biasa, jauh dari perhatian pemerintah.
(mmu/hkm)