"Ada beberapa atribut yang saya coba aplikasikan kepada proses, yang paling susah bukan di saat adegan Bung Karno pidato, tapi saat dia ada di rumah, berkomunikasi dengan Fatmawati dan Inggid," ucapnya saat ditemui usai acara konser panggung Soekarno di TMII, Jakarta Timur.
Menurut Ario, ia banyak mendapat referensi bagaimana ketika Soekarno berpidato. Ratusan orang yang menontonnya bisa bergetar. Pilihan kata dalam pidato yang membangkitkan semangat serta menyentuh kalbu rakyat, bisa menggiring pada aksi heroik yang dianggap menyusahkan Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktor berusia 28 tahun itu pun berusaha membawa spirit Soekarno yang menurutnya ada di dalam diri masing-masing masyarakat Indonesia, bebas dari segala bentuk penjajahan. Ario sendiri memerankan Soekarno dari umur 20-an saat pertama kali pidato, hingga berhasil merebut kemerdekaan.
Ario yang menyingkirkan Anjasmara dan Darius Sinathrya sebagai pemeran utama itu juga melihat Soekarno sebagai sosok yang romantis dan flamboyan. Selain perjalanan politiknya, diperlihatkan juga karakter Soekarno ketika berada di tengah-tengah keluarganya.
"Adegan bersama Maudy Koesnaedi (Inggit) dan Tika Bravani (Fatmawati) banyak romantisnya. Kita pengen melihatkan sisi humanisme. Di satu sisi dia heroik, di sisi lain dia flamboyan," ujarnya lagi.
(ich/mmu)