"Kalau di film, pengalaman merasakan dulu. Misalnya peran sopir taksi, harus nyoba rasanya jadi sopir taksi seperti apa, pengalaman itu yang dibawa ke depan kamera," ucap Ario.
Oleh karena itu, ia cukup terbantu dengan pengalaman masa lalunya dalam memerankan karakter Hasan. Masa-masa menjadi pekerja di restoran masih terekam di memori Ario.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ario memulai kariernya sebagai aktor di Indonesia lewat sejumlah produksi film pendek sebelum terjun ke layar lebar di film 'Bangsal 13'. Berbagai peran menantang telah dan akan dilakoninya, mulai dari anggota Densus 88 yang memerangi terorisme, tentara bayaran, hingga presiden pertama Indonesia.
Ario mengaku tak akan pernah menolak tawaran peran bila skenario yang diajukan menarik baginya. Soal honor bukan menjadi pertimbangan utama.
"Cari keseimbangan aja," imbuhnya santai sambil menyeruput segelas kopi yang tak lepas dari tangannya.
Saat ditemui, Ario masih tampak sedikit kelelahan. Ia baru kembali ke Jakarta setelah syuting di luar kota selama beberapa bulan.
Saat disinggung masa produksi 'La Tahzan', Ario merasa pengerjaannya sangat menyenangkan, meskipun skala produksi film ini terbilang kecil. Secara keseluruhan 'La Tahzan' hanya menghabiskan 15 hari syuting dengan sekitar kru dan pemain yang totalnya berjumlah 20 orang.
"Ini kayak ngingetin gue zaman dulu bikin film indie. Tapi pada hakikatnya sama saja, aksi dan reaksi," ujar Ario yang mengaku hanya memiliki waktu singkat selama proses reading itu.
(ich/mmu)