Pengambilan gambar 'Sang Kyai' dilakukan selama 50 hari sejak awal November 2012. Gedung Juang '45 di Jalan Mayor Sunaryo, Solo menjadi lokasi terakhir pengambilan gambar. Di tempat tersebut, syuting dilakukan selama empat hari dan berakhir hari ini, Selasa (18/12/2012).
Di gedung peninggalan Belanda itu dilakukan pengambilan gambar untuk suasana Penjara Bubutan, Surabaya. Itu merupakan tempat Kyai Hasyim dan sejumlah kerabat dan santrinya dipenjara oleh Jepang karena menolak melakukan seikerei, yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sunil yakin film tersebut akan mendapat sambutan hangat di pasaran. Apalagi saat ini sudah banyak film yang mengangkat tentang tokoh nasional, dan cukup diminati masyarakat seperti KH Ahmad Dahlan dan film tentang kehidupan Soegijopranoto.
"Kami amat sangat yakin film tentang kisah perjuangan kiai besar yang juga pahlawan nasional KH Hasyim Asy'ari ini akan mendapat sambutan hangat nantinya. Kami sangat serius membuat film kolosal ini. Dengan mengajak sejumlah artis papan atas dan melibatkan 5.000 figuran, kami mengeluarkan dana di atas Rp 10 miliar. Ini film terbesar sepanjang sejarah Rapi Films," lanjut Sunil.
'Sang Kyai' mengisahkan kehidupan, peran dan perjuangan KH Hasyim pada era 1942-1947. Sebagai tokoh sentral bagi muslim tradisional, KH Hasyim adalah tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan hingga upaya mempertahankannya. Fatwanya yang kemudian dikenal sebagai resolusi jihad telah menjadi spirit besar bagi para santri dan para pejuang pada umumnya untuk turun ke medan laga melawan penjajah.
Menurut sang sutradara Rako Prijanto, 'Sang Kyai" dibuat berdasarkan riset yang dilakukan sejak 2009. Selain itu, tim produksi juga melakukan diskusi panjang dengan keluarga dan murid-murid KH Hasyim yang masih hidup.
KH Hasyim Asya'ari diperankan oleh aktor senior Ikranegara, dan Nyai Masruroh istri KH Hasyim diperankan oleh Christine Hakim. Aktor lainnya adalah Agus Kuncoro (KH Wahid Hasyim), Adipati Dolken (Harun) dan Dimas Aditya (Husyein). Dua tokoh terakhir adalah tokoh fiktif untuk mendukung jalannya cerita agar tetap menarik sebagai tontonan.
(mbr/ich)