Salah satu perkenalan dengan film Norwegia terjadi tahun lalu, ketika gelaran KidsFfest memutar sebuah film anak-anak dari negeri itu, berjudul 'Ten Lives of Titanic the Cat'. Dan, perkenalan kita dengan film Norwegia semakin bertambah dengan diputarnya film 'Headhunters' di Blitzmegaplex sejak pekan lalu. Film ini menarik perhatian masyarakat karena temanya yang tak biasa.
Garapan sutradara Morten Tyldum yang diangkat dari novel berjudul sama karya Jo Nesbo tersebut merupakan sebuah thriller kriminal yang menyajikan drama dari dunia bisnis yang penuh intrik dan ketegangan. Film ini menggabungkan unsur-unsur klasik sebuah action-thriller: perburuan dan usaha bertahan hidup, yang melahirkan rasa ketakutan yang mencekam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, di balik profesi penting tapi tak populer itu, Roger yang beristrikan seorang ahli seni tersebut adalah seorang pencuri lukisan. Sebagai 'headhunter', Roger banyak bertemu dan mewawancarai orang-orang penting di dunia bisnis, dan ia memanfaatkan pekerjaannya itu untuk mendukung aksi-aksi pencuriannya. Dalam menjalankan aksinya, ia dibantu rekannya, Ove Kjikerud (Eivind Sander) seorang pekerja di perusahaan sistem pengamanan rumah.
Suatu kali, di acara pembukaan galeri lukisan baru sang istri, Roger diperkenalkan dengan Clas Greve (Nikolaj Coster-Waldau), seorang eksekutif dari perusahaan telekomunikasi terkenal di Belanda, Tote. Namun, ia mengaku baru saja meninggalkan perusahaan tersebut. Hal itu langsung membuat Roger tertarik untuk mendekatinya, dan merekrutnya sebagai salah satu kandidat untuk kliennya, Pathfinder.
Roger semakin tertarik pada Clas setelah istrinya, Diana (diperankan dengan dingin dan misterius oleh Synnove Macody Lund) menuturkan, bahwa pria itu punya lukisan berharga warisan dari neneknya. Lukisan itu akan segera dipindah ke museum agar lebih terjaga. Roger pun bergerak cepat, berusaha mendapatkan lukisan itu sebelum pindah tempat dari apartemen Clas. Namun, kali ini Roger kena batunya. Ia bertemu lawan yang kakap. Clas ternyata bukan seorang eksekutif umumnya, yang selama ini ditemui Roger.
Roger pun terjebak dalam kejahatannya sendiri. Masalah menjadi semakin rumit ketika Diana ternyata punya hubungan dengan Clas! Dengan jitu, film ini menuntun penontonnya memasuki lapisan demi lapisan misteri yang mengejutkan. Kita dibuat menebak-nebak, mencari arah, namun selalu tersesat. Sejak awal, film ini memang tak memberi tokoh maupun situasi yang hitam-putih. Kita tak tahu siapa yang baik, siapa yang jahat. Roger diperkenalkan sebagai seorang 'headhunter' sukses, tapi juga pencuri lukisan, tak terlalu harmonis dengan istrinya, dan bahkan selingkuh.
Sementara, Clas yang penuh wibawa dan terhormat, yang awalnya acuh tak acuh ketika ditawari untuk jadi salah satu kandidat CEO Pathfinder, belakangan justru begitu berambisi. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia kemudian memburu Roger hanya karena lukisannya yang dicuri, atau karena ambisinya untuk mendapatkan kursi CEO itu? Berbagai motif jalin-menjalin menyusun alur film ini dalam intrik-intrik yang membuat kita berkali-kali menahan nafas, tercekam menunggu apa yang akan terjadi.
Dunia bisnis yang bermartabat tapi serakah dan angkuh, kejahatan di dunia seni yang rapi dan tersembunyi, dan perselingkuhan yang penuh hasrat terpendam, diramu dalam sinematografi yang meneror. Film ini menyuguhkan sebuah dunia gelap, dunia tanpa pahlawan, dimana tak satu pun orang-orang di dalamnya meminta simpati kita. Sebuah dunia "amoral" yang menempatkan reputasi seseorang di atas segalanya dalam hubungan antarmanusia. Oh ya, film ini hanya diputar di jaringan bioskop Blitzmegaplex.
(mmu/mmu)











































