Teddy menuturkan, awalnya ia meniatkan proyeknya itu sebagai film pendek. "Tapi, pas diedit, kita melihat ini bisa di-extend untuk menjadi film panjang," ujarnya.
'Lovely Man' berkisah tentang perempuan belia bernama Cahaya, diperankan oleh Raihaanun yang tak lain istri Teddy. Dari daerah, ia datang ke Jakarta untuk mencari ayahnya. Namun, begitu ketemu, Cahaya harus menghadapi kenyataan yang getir. Sang ayah ternyata seorang waria (diperankan oleh Doni Damara).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena ini proyek saya sendiri, nggak ada produser, dan krunya juga teman-teman sendiri, jadi dari awal nggak mikirin akan lolos sensor atau nggak," papar sutradara yang sebelumnya dikenal lewat 'Banyu Biru' (2005), 'Ruang' (2006), 'Badai Pasti Berlalu' (2007), dan 'Ruma Maida' (2009) itu.
Bahkan, ketika film itu selesai diedit, Teddy sempat bingung "mau diapain". Hingga akhirnya ia mengontak Direktur Q Film Festival John Badalu karena menilai bahwa filmnya cocok untuk diputar di ajang itu.
Q Film Festival adalah ajang tahunan yang memutar film-film alternatif bertema kesetaraan gender dan keragaman identitas seksual. Tahun ini sudah memasuki gelaran ke-10.
Ketika festival tersebut memutuskan 'Lovely Man' akan menjadi film pembuka, Teddy pun tak percaya. "Emang sebagus itu?" celetuknya.
Setelah diputar sebagai film pembuka Q Film Festival di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (30/9/2011) malam, film tersebut menuai pujian. Sehingga pemutaran berikutnya di Erasmus Huis, Sabtu (1/10/2011) pun dihadiri banyak penonton.
Pujian tak hanya datang dari kalangan kritikus, namun juga sesama filmmaker. Sutradara Joko Anwar misalnya menilai 'Lovely Man' sebagai film terbaik di era kebangkitan film Indonesia sejak tahun 2000.
Teddy sendiri belum tahu, apakah filmnya tersebut akan dan bisa diputar di bioskop. Di ajang Q Film Festival, 'Lovely Man' masih bisa disaksikan di Salihara, Senin (3/10/2011) pukul 19.30 WIB.
(mmu/mmu)