Di atas panggung, setelah menerima Piala Oscar, Firth menyampaikan pidato kemenangannya dengan kalem dan rendah hati. Secara khusus, ia menyebut dengan penuh rasa hormat penulis skenario 'The King's Speech' David Seidler (73 tahun), yang juga membawa pulang Piala Oscar malam itu.
Usai acara, Firth mengomentari rencana pihak distributor untuk merilis versi "untuk semua umur dari film 'The King's Speech' yang aslinya berkategori "untuk dewasa". Firth menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana itu karena menurutnya, hal itu bisa merusak konteks film tersebut. Firth memandang, tidak perlu ada perluasan "rating" demi meluaskan jangkauan penonton 'The King's Speech'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namanya semakin dikenal ketika membintangi film-film yang memenangkan Piala Oscar, seperti 'The English Patient' (1996) dan 'Shakespeare in Love' (1998), meski sebagai pemeran pendukung. Ia juga tampil dalam film-film yang lebih "ngepop" seperti 'Bridget Jones's Diary' (2001), 'Love Actually' (2003), 'What a Girl Wants' (2003) dan 'Bridget Jones: The Edge of Reason' (2004).
Firth dikenal sebagai aktor yang menjalin hubungan asmara dengan aktris-aktris yang bermain film dengannya. Pada 1989, ia menjalin hubungan dengan aktris Meg Tilly yang merupakan lawan mainnya dalam film 'Valmont'. Dari hubungan itu lahir anak pertama Firth. Namun, pada 1994, Firth menjalin hubungan dengan aktris Jennifer Ehle, partner mainnya dalam serial TV 'Pride and Prejudice'.
Firth tinggal dan bolak-balik dari London ke Italia, hingga akhirnya menikah dengan produser film Italia, Livia Guiggioli. Pasangan ini mempunyai dua anak, yaitu Luca (lahir Maret 2001), dan Matteo (lahir Agustus 2003).
Meskipun pernah masuk daftar "50 Most Beautiful People" versi Majalah People (2001), namun Firth bukan tipe aktor "pesolek". Dia bahkan pernah mengatakan, "Lupakan usaha untuk menjadi seksi, itu hanyalah sesuatu yang mengerikan."
Sepanjang karier keaktorannya, Firth telah memerankan berbagai karakter. Ia mengaku menyukai karakter-karakter yang aneh. "Ada yang bilang, pasti ada sesuatu kepribadian yang tersembunyi dari diriku, tapi kupikir masalahnya sederhana saja bahwa orang-orang yang normal itu sangat tidak menarik," katanya.
Seorang aktor, menurut Firth, adalah "drag queen". "Orang-orang akan menghendakimu memerankan apa yang ingin mereka perankan untuk menyembuhkan kemanusiaan, atau, mengeksplorasi asal-usul kejiwaan manusia. Ya, mungkin begitu. Tapi, pada dasarnya kami hanya ingin memakai pakaian orang lain dan berdansa," katanya.
Dari peran seorang aristokrat hedonis yang kaya dan berkuasa seperti Lord Henry Wotton dalam film yang diangkat dari karya klasik Oscar Wilde 'Dorian Gray' (2009) hingga Raja Inggris yang menentukan di masa Eropa dikuasai Hitler dalam 'The King's Speech', Colin Firth menunjukkan supremasinya di Piala oscar 2011. Penghargaan tersebut menyempurnakan kemenangan sang raja sebelumnya di ajang Golden Globe dan Screen Actor Guild. (mmu/mmu)