Sara Fajira Si Penganut EDM, Electronic Dance Mistis

Main Stage

Sara Fajira Si Penganut EDM, Electronic Dance Mistis

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Jumat, 23 Jun 2023 14:30 WIB
Jakarta -

Namanya semerbak mewangi ketika Lathi meledak di bursa lagu nasional maupun internasional. Saat itu, Sara Fajira, menyanyikan paduan lagu bernuansa EDM itu bersama dengan grup Weird Genius yang digawangi oleh Reza 'Arap' Oktovian, Eka Gustiwana dan Gerald Liu.

Di Lathi, Sara Fajira mencuri perhatian dengan tampilan yang horor namun juga khas dengan budaya Indonesia. Wajahnya didandani pucat dan mata yang hitam, menari dan menembang tradisional. Sebuah karya dengan perpaduan yang inovatif kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak Lathi, titik balik bagi Sara Fajira menukik tajam. Perjalanan bermusiknya yang telah dirintis sejak lama di Surabaya, mulai dari kafe ke kafe, lalu mengikuti kompetisi bernyanyi di TV Swasta, sontak berubah menjadi fenomena.

ADVERTISEMENT

Horor, mistis, Jawa, etnik, tradisional, adalah kata kunci yang begitu saja menempel pada Sara Fajira. Padahal, setelah Lathi, Sara juga tidak lantas merilis karya-karya serupa, misalnya Getting Over You, You Know atau I Miss U. Namun, citra kadung menempel, penyanyi 27 tahun dianggap akan selalu mewakili percampuran antara musik EDM dan budaya Indonesia. Bagaimana tanggapan Sara?

Menjadi tamu Main Stage detikcom, Sara Fajira menjelaskan perihal pertanyaan di atas. Lebih melebar dan liar lagi, juga termasuk anggapan bahwa dirinya seorang pemuja setan.

"Sebenarnya sebelum Lathi memang udah kepikiran pengen bawain lagu yang ada unsur budayanya. Karena menurut aku unsur budaya di Indonesia, etnis di Indonesia ini nggak Cuma Jawa Timur (Lathi), ada Sulawesi, Sumatra, Papua, dan setelah naiknya Lathi jadi kaya makin terdukung gitu. Tujuan aku juga selalu masukin unsur budaya karena aku ingin mengenalkan ke siapapun, nggak hanya di Indonesia aja tapi di luar," buka Sara Fajira mengungkap alasannya.

Sara juga punya pandangan, bahwa sudah sewajarnya kalau para musisi di generasinya makin mengenalkan ragam keunikan bunyi-bunyian khas Indonesia dengan gaya yang lebih mewakili era.

"Indonesia itu orisinalnya punya keunikan masing-masing dan sangat beragam. Aku ingin mengajak generasi muda yang sekarang ini, yang mungkin sedang memulai kariernya terutama di industri musik, untuk mendorong mereka bawain lagu atau ciptakan lagu yang ada unsur budaya Indonesia. Jadi, kita lestarikan nih unsur budayanya," sambung Sara lagi.

Tidak harus pada semua karya, tapi Sara cukup konsisten menghasilkan lagu-lagu bernuansa serupa. Selalu ada unsur Indonesia, antara pada lirik, musik, busana kadang juga koreografi.

Sara Fajira saat Main Stage bersama detikHOT.Sara Fajira saat Main Stage bersama detikHOT. Foto: Muhammad Ridho

Di berbagai musik video, mata Sara kerap berwarna putih, wajahnya pucat, lengkap dengan dandanan menyeramkan. Mau tak mau karakter mistis pun kini selalu jadi nama tengahnya. Terbukti tidak hanya di musik, kemistisan itu pun juga membawa Sara dipercaya berperan di film-film horor Indonesia, seperti Bayi Ajaib dan Para Betina Pengikut Iblis.

"Haha... Elemen mistis ya," jawabnya terhenti disela oleh tawa.

"Mungkin karena dari video klip Lathi sendiri ya, terbawa dan aku merasa kayaknya wajahku memang cocok dengan karakter horor. Jadi ya sudah nggak apa-apa biar khas gitu. Tapi, bukan by design, lebih ke go with the flow, karena flow-nya cocok ya sudah dijalanin," kata Sara.

Pada single terbarunya, Mantra Surugana, Sara kembali ke zona nyamannya namun dengan level kedalaman yang lebih lagi. Lagu tersebut juga menjadi soundtrack dari film berjudul sama yang diperankannya.

Bermain di area yang sama di seni musik dan peran kemudian memunculkan anggapan Sara Fajira seorang pemuja setan. Benarkah demikian? Sara menjawab langsung tudingan tersebut. Tonton video wawancaranya di artikel ini. Bisa juga dengarkan audionya di Podcast Main Stage di Spotify.

(mif/dar)

Hide Ads