Di antara sejumlah albumnya, 'Handmade' menjadi yang dirasa paling merepresentasikan dirinya. Sebab menurutnya, ia paling banyak terlibat dalam pembuatan di album tersebut.
"Album pertama kan masih baru banget aku nggak ngerti apa-apa, aku cuma nulis lagu dan lirik doang. Belum ngerti aransemen tuh apa sih. Disuguhin apa-apa iya-iya aja. Terus album kedua udah mulai ada maunya tapi belum pede untuk bilang 'Gue nggak suka nih kaya gini, gue maunya sound-nya kaya gini' walaupun aku sudah jalan lumayan lama dan aku udah mulai ngerti apa yang aku mau," ujarnya pada detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu cukup membuatnya gusar ketika ingin membuat sesuatu yang baru selepas 'Handmade'. Ia kerap kebingungan menemukan hal baru yang belum pernah ia lakukannya sebelumnya.
Meski ingin menyajikan sesuatu yang segar untuk para pendengarnya, di satu sisi Raisa tak ingin melakukan perubahan yang terlalu drastis pada musiknya. Ia ingin jati dirinya tetap muncul dalam tiap lagu-lagunya. Hal itu diakuinya sebagai sesuatu yang membutuhkan strategi.
"Aku sudah punya beberapa lagu yang sebenernya dari A sampai Z sudah kena nih di genre aku. Jadi aku harus mengeluarkan sesuatu yang baru buat aku tapi juga masih harus kental Raisa-nya," katanya.
"Bisa aja sih aku bangun tidur, terus berpikir 'Oke, gue udah bukan yang dulu lagi'. Itu bisa aja terjadi tapi nggak terjadi sama aku, jadi aku nggak pengen maksa, harus sok beda deh dari sebelumnya karena ini gue yang baru," urainya menambahkan.
Untuk mengatasi itu, ia mengungkapkan dirinya selalu menginginkan adanya pandangan yang baru mengenai musiknya dari orang lain. Dalam 'Kembali', hal itu ia terapkan dengan cara mengajak Mikha Angelo dari The Overtunes untuk berkolaborasi.
"Bikin sesuatu yang baru, at the same time bikin sesuatu yang aku banget, itu lumayan tricky sih karena aku butuh fresh perspective. Makanya dengan adanya Mikha di situ bisa ngasih aku sesuatu yang nggak kepikiran," ceritanya.
(srs/dar)