Hal tersebut menjadi alasan mengapa ia merangkum kisahnya dalam album yang berisikan lagu-lagu yang saling berurutan. Ada 9 lagu dalam album tersebut yang pada akhirnya membentuk sebuah cerita, dimulai dari track pertama hingga track terakhir.
"Menurut gue album itu kaya buku cerita, orang akan lebih gampang nyambung kalau sudah selesai baca satu bukunya. Kalau baca satu part mungkin ngerti tapi cuma part itu doang. Kenapa (semua lagunya) nyambung karena gue melihat album itu seperti itu," katanya saat berbicara kepada detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa judulnya 'Nothing is Real', karena pada fase gue yang saat ini, gue melihat, nggak ada yang nyata dalam cinta itu. Sampe gue nulis lagunya, sampe akhirnya keluar albumnya, ya nggak ada yang nyata," ujarnya.
Foto: Asep Syaifullah |
"Dari gue seneng, marah, sedih, sembuh, tergila-gila, semuanya nggak ada yang nyata," tambahnya lagi.
Di Balik 'Nothing is Real'
Kepada detikHOT, Teddy pun menceritakan satu persatu cerita di balik lagu-lagu yang ada di album 'Nothing is Real' miliknya tersebut.
"Dari sembilan lagu, track pertama judulnya 'Suddenly, It's Alright'," katanya membuka cerita. Baginya, lagu ini adalah lagu tentang bagaimana dirinya meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. "Karena kalau mau memulai sesuatu kan kita harus meyakinkan diri sendiri dulu, kalau semua baik-baik aja," urainya.
Beranjak ke lagu kedua berjudul 'Won't Hurt You Tonight'. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, dalam lagu ini Teddy ingin meyakinkan pasangannya bahwa ia tak akan menyakitinya. Track selanjutnya adalah 'In Your Wonderland'.
"Setelah itu udah mulai demanding judulnya 'In Your Wonderland', itu makanya liriknya 'Can I be your man in your wonderland?'," ungkapnya tentang lagu yang menjadi single di album tersebut itu.
Ternyata, harapan yang ia curahkan di album ketiga itu menjadi sesuatu hal yang buruk. Dari situlah ia menjadikan lagu 'Gone' dengan lirik "You better be gone," sebagai track selanjutnya. Sedangkan, di track kelima ada lagu 'All of 'Em' yang bercerita tentang bagaimana ia mengikhlaskan semuanya.
Di nomor enam dan tujuh ada 'Let Me' dan 'Healer', lagu yang menceritakan bagaimana ia mencari penyembuhan dan kemudian menemukan obat penyembuh atas luka hatinya. "Setelah habis tersakiti, marah, mengikhlaskan, gue mencari penyembuhan biar bisa kembali ke titik normal. Track7 judulnya 'Healer' akhirnya gue menemukan penyembuhannya, akhirnya gue tersembuhkan," jelasnya.
Di lagu 'Crazy' ia pun menyadari betapa gilanya cinta hingga akhirnya menyadari bahwa semuanya tak ada yang nyata di track kesembilan, 'Nothing is Real'.
"Akhirnya gue menyadari bahwa cinta itu ternyata segila itu ya. Tapi setelah apa yang gue lalui semuanya kok nothing is real, ya nggak ada yang nyata," ujarnya lagi.
Menyampaikan Cinta Tanpa Klise
Foto: Asep Syaifullah |
Dalam 'Nothing is Real', Teddy Adhitya memang masih bercerita seputar kisah cinta. Bisa dibilang topik yang telah banyak diangkat oleh musisi lainnya.
Meski topik tersebut telah banyak diangkat, tapi cara penyampaian dan cara pandang yang berbeda dari topik cinta itu sendiri yang membuat karyanya berbeda dari yang lain.
"Tergantung cintanya seperti apa dulu. Sebenernya kalau ngomongin klise, cinta tuh emang klise banget, tapi tergantung gimana cara kita mengemasnya," ucap penyanyi kelahiran 21 Juni 1991.
Ia pun menolak jika album ini diibaratkan sebagai ungkapan apatisnya tentang cinta. "Nggak apatis sih, ya itu yang gue alamin," kata Teddy.
(srs/dar)












































Foto: Asep Syaifullah
Foto: Asep Syaifullah