Akan tetapi, rilisan berbentuk album fisik tetap dicari. Hal tersebut diutarakan oleh Dodi, pemilik dari toko musik Serangan Martil yang bertempat di Pasar Santa, Jakarta Selatan.
Baginya, maraknya situs dan aplikasi musik streaming tak mempengaruhi angka penjualan di toko musiknya. "Sebenernya kalau streaming itu nggak ngaruh ya," ujarnya kepada detikHOT melalui sambungan telepon pada Rabu (11/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan dari pembelinya memang pelanggan lama, yang hobi mengkoleksi rilisan fisik. Namun, Dodi juga mendapat pembeli baru dari berjualan online di media sosial Instagram.
![]() |
"Kalau pelanggan baru lihatnya di toko atau Instagram," tuturnya. Pelanggannya pun tak hanya datang dari sekitaran Jakarta, namun dari luar kota, bahkan jauh dari luar pulau seperti Makassar atau Bali.
Pelanggan Dodi pun berasal dari berbagai segmentasi umur. Kebanyakan memang berkisar di usia 25 hingga 30 ke atas, tapi, ia mengungkapkan bahwa ada juga anak muda yang datang padanya untuk membeli rilisan fisik. "Anak kampuslah," ucapnya.
Selain karena pembelinya adalah orang-orang yang loyal akan hobinya, Dodi juga berpendapat, penjualannya tak terpengaruh oleh adanya musik digital karena pembelinya memiliki segmentasi yang berbeda dari orang-orang yang mendengarkan musik secara digital.
"Yang hobi musik-musik 90-an, 80-an, 70-an aku pasarnya di situ. Tapi (musik) yang baru-baru juga ada tapi nggak begitu banyak," jelas Dodi.
Dodi pun bermain di pasar rilisan fisik tangan kedua. "Aku memang jualannya di barang-barang used, tahun 2000-an ke bawah," tutunya lagi.
Meski ia juga menjual musik-musik baru dalam format rilisan fisik, tapi diakuinya bahwa ia cukup jarang menjual musik-musik baru karena sedikit yang mencari. "Kalau (musik) baru jarang jualan karena udah sedikitlah yang dicari, orang kalau baru-baru tuh kebanyakan download," akunya.
Dodi pun mencari barang jualannya hingga ke luar negeri atau ke beberapa kenalannya. Pasalnya, barang dagangannya tersebut terbilang cukup langka. (srs/mmu)