"Proyek kemarin itu (Bondan & Fade 2 Black), proyek iseng. Terus kebalasan sampai 10 tahun. Bondan ngajak, terus kita ketemu dan nggak nyangka direspon baik," ungkap Santos saat berbincang dengan detikHOT beberapa waktu lalu.
"Tapi harus diakui, proyek itu bawa rezeki juga," potong Titz.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang, sejak terbentuk 2004 silam, Bondan & Fade 2 Black berhasil mengumpulkan banyak Rezpector--sebutan penggemarnya. Lagu-lagu dari empat album yang dihasilkan pun mampu diserap dengan baik sehingga menjadi hits.
Walaupun begitu, memilih untuk berpisah pada 2014 dan berjalan sendiri, tidak membuat nyali Fade 2 Black menciut.
"Kalau beban masa lalu, kami lebih mikirnya jalanin aja. Lebih jujur aja sekarang. Karena Fade 2 Black sendiri nggak bisa juga main asal bubar gitu," jelas Titz.
![]() |
"Kami itu teman dari kecil, semuanya sudah saling mengerti. Rumah juga tetanggaan. Selain itu, kami punya clothing line bersama yang jadi faktor kami tetap bertahan. Akhirnya, singgungan-singgungan itu terkikis sendirinya," ujar Lezzano dan Coki bergantian.
"Ketika jarak sudah nggak pentin dan komunikasi lancar, nggak bisa main bubar aja. Kasarnya, kami berempat satu celana dalam bareng-bareng juga jadi," tutup Titz seraya tertawa.
Lantas, apa sebenarnya cerita di balik bubarnya kolaborasi yang sukses melambungkan hits 'Bunga' dan 'Kroncong Protol' itu? Simak terus 'Main Stage' detikHOT hari ini! (mif/mmu)