Sebagai individu yang berdiri sendiri, Ra--begitu sapaan akrabnya--memiliki misi mulia dengan 'topeng' Neonomora. Bersama dengan teman-teman musisi lain, Ratih menggagas sebuah kerja sama dengan lembaga British Council. Tujuannya, mereka sedang menggodok kemungkinan melakukan program pertukaran musisi layaknya pertukaran pelajar di sekolah-sekolah.
"Selama ini mungkin menurut gue, kita, sidestream dan mainstream sudah begitu lama tidak berkomunikasi. Kita sudah terlalu sombong dengan apa yang kita kreasikan sendiri. Sekarang ada gue yang masih semangat mencoba, kalau bisa dilanjutkan kenapa tidak. Saat ini juga gue masih komunikasi sama Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) dan British Council," tutur Ra saat berbincang bersama detikHOT beberapa waktu lalu d Kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan di saat banyak seniman termasuk para musisi sudah tidak mempedulikan pemerintah, justru Ra sebaliknya. Perempuan kelahiran 1988 itu berkeyakinan bahwa sudah sewajarnya musisi meminta bantuan dan dukungan dari pemerintah.
"Mungkin musisi lain sudah pernah mencoba dan capek sendiri dengan government. Tapi buat gue, di mana pun kita harus bergerak sama pemerintah. Malaysia, Filipina dan Korea Selatan sudah bergerak sama pemerintahnya. Itu sih yang gue harap," lanjut pelantun 'Palace in My Dreams' itu.
Di tengah jadwal manggung dan penggarapan karya-karya baru, lantas apa yang membuat Ra bersama Neonomora melakukan itu semua?
Gue tipe orang yang kalau gue sukses, orang di sekitar gue juga harus sukses. Karena gue percaya nggak ada yang bisa bergerak sendiri, harus bareng-bareng. Suatu saat dunia harus tahu kalau Indonesia punya banyak musik bagus," tutupnya sumringah.
Tepat setelah ini, Neonomora siap memberikan sedikit bocoran mengenai album keduanya yang siap meluncur bebas di pasaran. Tunggu hanya di detikHOT! (mif/mmu)