Cerita K-Pop Pikat Warga Korea Utara, Rela Kabur hingga Bahayakan Nyawa

Cerita K-Pop Pikat Warga Korea Utara, Rela Kabur hingga Bahayakan Nyawa

Delia Arnindita Larasati - detikHot
Senin, 27 Jul 2020 12:07 WIB
NEW YORK, NY - MAY 15: Fans wait for K-Pop group BTS to take the stage in Central Park, May 15, 2019 in New York City. Fans waited in line for days to see the group perform as part of ABCs Good Morning America summer concert series. (Photo by Drew Angerer/Getty Images)
Foto: Drew Angerer/Getty Images
Jakarta -

Sejak kecil, para warga Korea Utara diajarkan untuk menyanyikan lagu berupa pemujaan bagi mereka yang berkuasa. Semua akses dunia luar dibatasi, termasuk dari Korea Selatan yang kayak akan budaya musik dan drama.

Ryu Hee Jin, merupakan salah satu warga Korea Utara yang menerjang bahaya dan melarikan diri untuk tinggal di Korea Selatan. Salah satu alasannya adalah kecintaannya terhadap musik Korea Selatan dan Amerika Serikat.

"Saat mendengar musik Korea Utara, kau tidak merasakan emosi apapun. Namun ketika mendengar lagu Amerika atau Korea Selatan, kau bisa langsung merinding. Liriknya sangat segar, sangat familiar. Ketika para remaja mendengar lagu tersebut, ekspresi wajah mereka langsung berubah," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini muncul sebuah teori yang menyebut K-Pop memainkan peran penting dalam merusak propagranda rezim Korea Utara secara halus. Dikutip dari The Washington Post, musik disebut menjadi salah satu alasan utama para pembelot mengungkap kekecewaan terhadap pemerintah Korea Utara, seperti diungkap oleh Lee Kwang Baek, presiden Unification Media Group (UMG) Korea Selatan.

Melalui survei yang dilakukan oleh UMG terhadap 200 orang warga Korea Utara yang melarikan diri, lebih dari 90 persen telah menonton film, serial, dan musik asing di Korea Utara. Ryu, salah satu warga yang melarikan diri, menyebut K-Pop dan musik barat telah membuka mata mereka, meyakinkan mereka bahwa Korea Utara bukanlah tempat tinggal yang pantas.

ADVERTISEMENT

Di kamar tidurnya di Pyongyang, Korea Utara, Ryu rela begadang hanya untuk menonton satu video musik berkali-kali secara diam-diam karena takut ditangkap polisi. Bagi remaja yang ketahuan, mereka bisa dipenjara selama enam hingga satu tahun untuk mendengarkan kembali ideologi Korea Utara dan pendidikan tentang negaranya

Sementara orang dewasa bisa menghadapi kerja rodi seumur hidup atau bahkan dieksekusi hanya karena ketahuan menonton drama Korea atau mendengarkan musik K-Pop.

"Yang ingin kulakukan saat itu adalah mewarnai rambut dan pakai celana jins. Namun saat aku mengenakannya untuk pergi ke pasar, aku diminta untuk melepas celana. Kemudian mereka membakar celanaku tepat di depan mata," ungkap Ryu.

Setelah berhasil kabur dan tinggal di Korea Selatan, Ryu menonton sebuah dokumenter tentang Kim Jong Il, ayah dari Kim Jong Un. Ia marah saat mengetahui Kim adalah fans berat drama dan film Korea.

"Aku sangat marah. Kami benar-benar menangis saat menyanyikan lagu yang menceritakan kesulitan yang dihadapi oleh Kim Jong Il semasa hidup. Aku tak pernah membayangkan ternyata selama ini ia menonton TV Korea Selatan," pungkasnya.




(dal/dar)

Hide Ads