Usaha Christian Saputra dan Partner Melanggengkan Budaya Batik

Usaha Christian Saputra dan Partner Melanggengkan Budaya Batik

Atmi Ahsani Yusron - detikHot
Senin, 17 Jul 2023 18:42 WIB
Christian Saputra
(Foto: dok. Batik Concept) Christian Saputra lewat brand Batik Concept berusaha untuk melanggengkan batik yang pengrajin mudanya mulai langka.
Jakarta -

Batik sebagai salah satu warisan budaya tradisional Indonesia tak hanya menjadi motif identitas bangsa. Di tangan Christian Saputra, batik jadi sumber penghasilan yang mendatangkan ratusan juta per bulannya. Tapi tentu saja hal itu tidak diraih semudah mengedipkan mata.

Christian Saputra lewat brand Batik Concept berusaha untuk melanggengkan batik yang pengrajin mudanya mulai langka. Sebelum brand ini eksis, ada banyak sekali PR yang harus dikerjakan olehnya, mulai dari mencari orang-orang yang terampil dan apik dalam membuat motif batik dengan teknik tulis hingga peluang marketing yang relevan.

"Batik itu dying tradition. Tradisi yang nyaris mati. Karena banyak pembatik muda yang kebih memilih bekerja di pabrik atau kantoran seiring meningkatnya pendidikan mereka. Sementara proses pengerjaan batik tulis itu kan membutuhkan waktu yang lama," jelasnya.

"Waktu itu sempat brainstorming dengan partner saya, kira-kira usaha apa yang paralel dengan arahan pemerintah. Kebetulan batik sedang gencar dipromosikan, dan kami optimis bisa membantu melestarikan budaya sekaligus membawa batik ke kancah internasional," lanjut Christian.

Berbekal pendidikan yang sejalan dengan dunia bisnis yang diniatkan buat dia jalani, Christian dan partnernya mulai mempelajari seluk beluk batik tulis. Tidak mau terburu-buru, semua dia pelajari dalam kurun waktu satu tahun. Tempat demi tempat dia kunjungi mulai dari Cirebon, Garut, Pekalongan, Solo, hingga beberapa daerah di Jawa Timur.

Dari riset itu, Christian berharap bisa mempelajari batik dengan lebih dalam. Tidak hanya proses pengerjaannya saja, tapi juga proses distribusi dari hulu hingga hilir. Dia pun merasa perlu tahu bagaimana proses di masing-masing daerah karena setiap wilayah punya cara dan kelebihan yang berbeda buat produk mereka.

"Tujuan utamanya murni untuk mempelajari batik, mulai dari proses pengerjaannya hingga distribusi dari hulu ke hilir. Karena setiap daerah ada kelebihannya masing-masing. Contoh kecilnya cuaca dan kualitas air. Itu saja bisa memengaruhi kualitas batik yang diproduksi," jelas pria yang akrab disapa Ican itu.

Hal menjadi semakin sulit ketika mencari anak-anak muda yang bisa diajak bekerja sama dalam memproduksi batik tulis tradisional namun tetap punya kesan modern. Terlebih ada konsep dan warna yang khas dari brand yang dia dirikan. Akhirnya pengalaman dan riset itu berbuah manis di tahun 2015 ketika Christian, Juan, dan Gisella meluncurkan Batik Concept.

Kini usaha tersebut sudah beromzet puluhan juta rupiah setiap bulannya. Dengan misi menciptakan tren, Batik Concept yang bermarkas di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini pun dilirik oleh banyak orang mulai dari kalangan selebriti hingga pemerintahan. Tak hanya dari Indonesia saja, tetapi juga dari luar negeri. Belum lama ini, mereka juga berinovasi dengan mengusung konsep Bespoke Batik atau custom tailor yang memungkinkan pelanggan mendapat setelan batik mereka hanya dengan one stop service.

"Kami salah salah satu pioneer bespoke batik untuk anak muda. Jadi kami menawarkan service end to end untuk para costumer. Customer base kami jadi lebih luas. Banyak dari kedutaan, seperti kedutaan besar Australia hingga Singapura. Terakhir Chiev Navy Singapur yang memesan batik ke kami. Jadi kalau mereka visit Indonesia dan ada acara mereka perlu batik," ungkap Christian.

(aay/mau)

Hide Ads