Alfie Alfandy (32) beruntung memiliki kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar setelah mengalami masa lalu yang kelam. Namanya mulai mencuat ketika memerankan sosok Alm. Ustadz Jefri Al-Buchori (Uje) di salah satu film FTV.
Alfie, lahir dan dibesarkan di Medan. Ia memulai karir menjadi model di tahun 2006. Saat memulai karir dalam agensi model yang diikutinya, Alfie justru diminta bayaran ketika mendaftarkan diri saat mengikuti lomba.
"Wah, apaan nih pendaftaran? Kemudian orang tua, 'Ya sudah tidak apa-apa, kasih saja, bayar saja'. Ternyata catwalk, tanpa diduga, tanpa disangka, saya menang dan mendapatkan hadiah kompor dan dispenser. Ini hadiah model, atau perayaan 17-an? Ternyata kita ditipu," cerita Alfie saat dijumpai tim Sosok detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, dari pengalaman tersebut, Alfie justru sedang melangkah menuju aktor yang sebenarnya.
"Dari situ kita mengenal beberapa orang-orang film yang kemudian menjadi, mohon maaf, extras (figuran) ya, yang lewat-lewat di belakang. Dan dia ngajak saya untuk jadi figuran dulu. 3 bulan jadi extras kemudian naik kelas menjadi peran pembantu utama, setelah dari situ, jadi model video clip, kemudian film, baru ke FTV. Sudah kayak air hujan kali ya dulu ya, wah banyak sekali," ujar Alfie.
Seiring masuk ke lingkungan itu, Alfie terseret ke dalam dunia gelap. Ia mengenal obat-obatan terlarang bahkan sempat mengalami overdosis hingga kakinya membiru. Saat keadaannya semakin memburuk, Alfie menemui peristiwa yang ganjil. Ia melihat sosok hitam dengan sayap berdiri di depannya.
"Saya pernah overdosis dalam hidup itu 3 kali. Karena mengonsumsi ada lah satu obat ya. Kepala masuk ke dalam closet. Menggigil, meriang di bawah wastafel kamar mandi. Bentukannya sudah kayak mayat. Bawah mata sudah berwarna hitam, celong. Akhirnya saya memaksakan untuk gerak. Saya tiduran di atas sajadah, cuma bilang dalam hati, karena dalam pergerakan sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi. Cuma bilang, "Allah, Allah, Allah'," ujar Alfie.
"Malah tiba-tiba, dari ujung jempol kaki sampai lutut, kaki semakin pucat, biru sampai lutut. Sampai tidak berasa lagi. Sudah bilang ke teman, 'Potong saja kakinya, sudah tidak berguna lagi!'. Akhirnya digotong masuk kamar, saya bertemu sosok malaikat. Dan anggapan saya, Malaikat Izrail, karena kondisi saya seperti itu. Badannya tuh dari plafon ke bawah itu badannya, sayapnya kelihatan. Tapi kepalanya tidak kelihatan," lanjut Alfie menjelaskan pengalamannya.
Setelah mengonsumsi berbagai macam obat-obatan terlarang, Alfie pun menyadari bahwa dirinya berada di jalan yang salah. Bermula saat Alfie mencari tahu soal orang yang meninggal dalam keadaan senyum. Tapi ternyata, hal tersebut justru menjadi titik balik Alfie ke jalan yang lebih baik.
"Malam Idul Adha, orang takbiran. Sementara saya lagi 'tinggi', dan tidak merasakan nikmat takbiran. Kan suka kepikiran, orang mati senyum bagaimana sih? Langsung googling. Malamnya langsung pas mau tidur mencoba tidur sambil tersenyum. Tidak sampai semenit, sudah cemberut lagi mukanya. Kenapa? Sebabnya apa nih? Oh, sebabnya adalah yang senyum itu bukan otot wajah, yang senyum itu adalah hati. Dari situ mulai benahin hati, benahin diri, pelan-pelan," tutur Alfie.
Dari cita-cita ingin meninggal dalam keadaan senyum itu, Alfie berubah. Pertama, Ia mulai berhenti menggunakan obat-obatan terlarang. Kemudian Alfie berkesempatan untuk belajar agama di Yaman. Sepulang dari sana, dirinya fokus mengisi ceramah di acara pengajian. Alfie juga mendirikan sebuah komunitas motor yang diselipkan dengan kegiatan keagamaan, komunitas tersebut bernama Bikers Dakwah.
(nis/fuf)