"Gue selalu mengalami titik jenuh," ujarnya dengan mimik wajah serius. Setelah 'Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh' terbit pada 2005, hampir setiap tahun Dika menerbitkan buku. Disusul 'Cinta Brontosaurus' (2006), 'Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa' (2007), 'Babi Ngesot' (2008) dan 'Marmut Merah Jambu' (2010).
Pada 2009 ia bahkan jadi penulis naskah dan pemeran utama untuk film 'Kambing Jantan: The Movie' yang diangkat dari buku pertamanya itu. Namun, perasaan jenuh itu sebenarnya sudah mulai muncul ketika ia menulis buku kedua "Dari mulai buku Cinta Brontosaurus gue sudah nggak mau nulis lagi sebenarnya," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Dika terus bertahan hingga merilis buku kelimanya 'Marmut Merah Jambu'. Titik jenuh dan keinginan untuk berhenti jadi penulis pun kembali menghantuinya. Apalagi ketika itu ia merasa buku tersebut merupakan karya terbaiknya.
"Di situ gue merasa itu sudah magnum opus gue. Sudah selesai. Karena 'Marmut Merah jambu' itu gue tulis sangat dalam, sangat jujur dan orang-orang suka. Gue pikir sudah selesai dan gue mau berhenti," paparnya.
Namun kenyataannya hingga kini Dika tak pernah berhenti menulis. Sabtu (24/12/2011) besok, ia akan meluncurkan 'Manusia Setengah Salmon'. Lantas apa yang membuat Dika tetap menulis hingga kini? "Nggak tahu kenapa ya," sahutnya.
"Ketika beberapa waktu gue putuskan berhenti menulis, rasanya kok malah makin banyak yang gue gelisahkan dan pengen gue ceritakan. Di saat itulah gue tahu bahwa passion gue memang di sini. Menulis dan menuangkan kegelisahan gue itu," paparnya.
Rentang waktu yang lama dari buku pertama hingga ke-6 membuat Dika menyadari, para pembaca bukunya yang dulu didominasi anak SMP dan SMA kini telah tumbuh seiring waktu. "Sekarang yang datang ke talk show gue itu didominasi sama anak-anak kuliahan. Masih ada juga yang SMP dan SMA beberapa,” ungkapnya.
Apa maknanya? Baginya, hal itu tentu menyenangkan dan membuatnya bangga karena ia merasa bisa tumbuh bersama dengan para pembaca bukunya. Menurutnya, semangat itulah yang selama ini selalu menjaganya untuk terus menulis dan tetap gelisah.
"Gue bangga dan senang bisa tumbuh bersama para pembaca buku gue. Problem-problem gue bisa gue bagi bersama mereka dan kita punya problem yang sama yang bisa kita ketawain bareng," tandasnya.
(bar/hkm)