Film garapan Luke Greenfield ini adalah sebuah film ringan dan manis untuk ditonton bersama pasangan. Kisah berfokus pada Rachel White (Ginnifer Goodwin, kita mengenalnya di serial TV 'Big Love', atau film semacam 'Walk The Line' dan 'Monalisa Smile') yang bersahabat dengan Dex (Colin Egglesfield) sejak kuliah di Fakultas Hukum. la juga punya BBF dari kecil, Darcy (Kate Hudson), yang agresif, egois, dan mendominasi percakapan.
Dex dan Darcy kemudian berpacaran dan berniat menikah, sedangkan Rachel sejak dulu memendam rasa kepada Dex, dan baru sadar kalau Dex pun jatuh cinta padanya, beberapa pekan sebelum pernikahan berlangsung. Rachel pun diminta menjadi Maid of Honor (pendamping pengantin perempuan). Apa yang harus mereka lakukan? Memilih cinta sejati, atau sahabat sejati?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata kunci dari saya: setiap film horor pastilah 'too fast', setiap (melo)drama tentulah 'too late'. Inti dari film berdurasi hampir 2 jam ini cukup sederhana: kejarlah apa yang kau ingini, jangan kejar apa yang orang lain harapkan atau perintahkan. Dari awal, misalnya, Dex yang ingin mengajar "dipaksa" masuk sekolah hukum. Atau, Rachel yang selalu menurut sama Darcy. Dan demikian pula soal cinta.
Persoalan timbul ketika film hasil adaptasi novel karya Emily Giffin ini hendak "flashback". Seharusnya, penonton diberi petunjuk jika scene-scene-nya hendak bercerita tentang masa lampau. Dan semuanya sebaiknya harus jernih dan jelas terlihat (dan terdengar) di dalam layar, walaupun itu hanya berbeda beberapa tahun saja. "Feel and look" dari mise-en-scene yang sama antara masa lalu dan masa kini membuat penonton bingung.
Di film ini busana, make up karakter, apa yang sedang "happening" saat itu, dan detail lainnya tidak terlihat berbeda, dan itulah kesalahan besar film ini. Tentu saja, ada yang menarik di film ini. Pertama, karakter-karakter pendamping yang menjadi subplot memperkaya cerita. Misalnya, tentang Markus (Steve Howey) yang kekanak-kanakan, serta Ethan (John Krasinski) yang selalu memprovokasi Rachel dan dianggap homoseks.
Tentu saja yang paling menarik adalah peran Kate Hudson (yang di film ini sudah kehilangan kharismanya) yang kali ini menjadi pemeran pendukung, sementara Ginnifer Goodwin yang biasanya menjadi aktris pendamping menjadi tokoh utama. Dan sang sutradara dengan lihai bisa membuat penonton kagum dan jatuh cinta dengan sosok Rachel, walaupun pada faktanya ia berselingkuh—dan di sini wajahnya pun menjadi rupawan.
Hal lain yang asyik adalah bagaimana film ini mengeksplorasi kota New York. Silakan diamati, apalagi jika Anda pernah mampir ke sini. Banyak juga adegan aeriel shot, syut dari atas udara, yang menampilkan hutan beton—yang penuh dengan gedung pencakar langit—dan salah satunya menampilkan lahan hijau (Central Park) yang superluas di tengahnya.
Terakhir, saya masih belum bisa menghubungkan cerita di film dengan judulnya, 'Something Borrowed'.
(mmu/mmu)