'Monsters': Hening, Penuh Misteri, Rendah Biaya

'Monsters': Hening, Penuh Misteri, Rendah Biaya

- detikHot
Senin, 13 Des 2010 12:53 WIB
Jakarta - Siapa bilang film monster dan sci-fi bermutu harus berbiaya tinggi? 'Monsters' karya Gareth Edwards adalah contohnya. Film yang menjadi pembuka INAFFF 2010 itu kini diputar regular di Blitz Megaplex. Film ini juga menjadi "film bulan ini" dari majalah bergengsi 'Sight and Sound' terbitan BFI Inggris.

Kru film ini cuma dua orang, dan mereka melakukan syuting dengan kamera $8400. Pasca produksi dilakukan di laptop sang sutradara. Syuting dilakukan di lokasi yang sebenarnya, sehingga tidak ada set-up yang memakan banyak biaya —dan, terkadang dilakukan tanpa izin. Para figuran pun orang-orang yang kebetulan ada di sana. Hanya ada 2 aktor utama (lagi-lagi menghemat biaya) yang tidak dibekali skenario, tapi hanya garis besar ceritanya saja.

Hasilnya? Sepanjang 94 menit kita tidak disuguhi gegap-gempita aksi menumpas para alien seperti layaknya genre monster atau sci-fi kebanyakan. Tapi sebaliknya, ini film personal  yang membuat penontonnya memasuki dunia misteri yang tak tertebak, tanpa terjebak pada hal-hal klise. Boleh dibilang, ini adalah antitesa dari 'Skyline'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andrew (Scoot McNairy),  seorang wartawan foto, mendapat tugas untuk mengawal putri bosnya, Samantha (Whitney Able),  dari Meksiko ke Amerika Serikat. Saat itu, 6 tahun sudah berlalu sejak kejadian naas menimpa pesawat ulang alik NASA, yang menyebabkan tumbuhnya spesies baru dan membuat pemerintah AS dan Meksiko membuat daerah karantina yang berbahaya. Satu-satunya cara untuk menuju perbatasan adalah melewati zona terinfeksi itu. Unsur sci-fi film ini berbalut dengan drama dan "road movie".

Tentu saja konflik kepentingan merebak. Andrew begitu tergoda untuk meninggalkan Samantha untuk berburu foto-foto eksklusif seputar makluk angkasa luar. Tapi, ia juga mendapat beban mengantarkan pulang anak bosnya, yang taruhannya adalah pekerjaan dan nama baiknya. Sementara itu, Samantha juga bukan orang yang mudah diatur. Maka, seperti cerita tiga babak lainnya, keduanya mengalami halangan dan rintangan menuju perbatasan, hal yang awalnya dianggap cuma perlu setengah hari perjalanan saja.

Film ini lebih dari sekadar seru-seruan. Juga, bukan tembak-menembak ala 'District 9' tapi ia lebih berupaya menyelami emosi dan interaksi antarmanusia. Justru kekuatannya ada pada keheningan misteri sepanjang perjalanan kedua tokoh itu.

(mmu/mmu)

Hide Ads