Shanghai: Seekor Cacing di Apel Busuk

Shanghai: Seekor Cacing di Apel Busuk

- detikHot
Kamis, 29 Jul 2010 11:23 WIB
Jakarta - Atmosfir sebuah kota menjiwai keseluruhan film. Itulah 'Shanghai' karya terbaru Mikael Hafstrom (1408) bekerja sama dengan penulis skenario Hossein Amini. Paul Soames (John Cusack) menyamar sebagai jurnalis untuk menyelidiki pembunuhan sahabatnya, Connor (Jeffrey Dean Morgan), di kota itu.

Shanghai di tahun 1940-an beberapa bulan sebelum pengeboman Pearl Harbor--tak jauh dengan Berlin, terkotak-kotak menjadi beberapa distrik berdasarkan ras (Inggris-Amerika, Prancis, Jepang). Suasana begitu kacau, pasukan Jepang yang menjajah bertindak kejam kepada siapa pun yang dianggap pemberontak.

Parahnya lagi, Paul harus masuk ke dalam dunia Anthony Lan-Ting (Chow Yun-Fat), salah seorang mafia China yang paling disegani, dan Tanaka (Ken Watanabe), perwira Jepang yang kejam. "Penyelidikan ini ibarat seekor cacing di apel busuk", keluhnya.
 
Dan tidak hanya kasusnya, kota ini pun laksana apel busuk dengan banyak cacing di dalamnya. Berbagai aliansi dan pertentangan (mafia, Jepang, Jerman) begitu rumit. Suasana perang dunia menggelayuti atmosfir kota ini, lengkap dengan kecemasan dan kezalimannya. Banyak orang, dengan cara apapun, mencari paspor untuk keluar kota itu. Hal ini diperparah dengan kehadiran istri Anthony, Anna (Gong Li) yang misterius dan punya kecantikan yang membius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlahan tapi pasti, Paul masuk dalam dunia gelap yang menyimpan banyak rahasia besar, serta membahayakan dirinya. Berhasilkah ia mengungkap pembunuhan temannya? Bukan itu intinya, sepertinya.

Departemen art dan kostum sangat berhasil membuat sebuah dunia reka-percaya Shanghai di tengah-tengah dua Perang Dunia. Mulai dari busana, gaya hidup, hingga gedung-gedung mampu meyakinkan penonton bahwa mereka bertamasya ke Cina di masa lalu. Dan sepertinya, di banyak film yang mengambil lokasi pendudukan Jepang di era ini, tentara Jepang direpresentasikan dengan begitu bengis dan kejam. Sekilas, film ini juga merupakan penghormatan kepada film gangster, detektif, atau noir era 1930-1950an, semacam  "Double Indemnity", "Notorious", "The Maltese Falcon"
and "Touch Of Evil" khususnya dari segi plot, pakaian, feel dan look, serta tone warna.
(eny/eny)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads