Indonesia Pole Dance Association (IPDA) menjadi yang pertama sebagai studio latihan pole dance di Indonesia. Ada proses panjang hingga akhirnya dilegitimasi secara teknis oleh calon-calon murid. Apalagi, ketika lahir, anggapan terhadap tarian ini masih tabu dengan berbagai label negatif yang melekat.
IPDA memang bukan sebuah asosiasi atau lembaga resmi yang sah sebagai cabang olahraga di mata negara. Tapi mereka adalah pelopor, yang berkembang menjadi keluarga besar atas minat yang sama.
"Jadi 2014 itu, kita udah sering ketemu di show, kalau bintang tamunya Vicky Burki, penarinya ada Mamethoo. Sampai suatu saat ada pagelaran Siti Nurbaya, Vicky baru balik dari Australia, dia sempat belajar di sana. Terus dia bilang, 'brother, aku mau buka studio pole'. Sembilan tahun yang lalu aku nggak tahu tuh pole dance. Akhirnya buka sampai sekarang," tutur Mamethoo kepada detikHOT, saat bertamu ke Studio IPDA di Kawasan Bangka, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Secara resmi tidak ada asosiasi yang merangkum, apalagi pole dance sendiri masih sangat awam di Indonesia. Kita buat nama IPDA itu karena kita merupakan pelopor. Kita ingin, orang-orang yang dari IPDA itu kemudian jadi saudara, mengasosiasi semuanya," sambung Mamethoo lagi.
"Indonesia Pole Dance Association dalam artian kami memberikan sebuah wadah, kita kumpul di sini menjadi satu keluarga," celetuk Vicky Burki.
Vicky Burki mempelajari tarian pole miliknya di Australia. Kemudian mengambil sertifikasi ke Hong Kong.
"Waktu itu belajar di Australia 2013 di Canberra, karena adik Vicky kan tinggal di Canberra. Di sana 3 bulan terus balik ke sini, tahun 2014 balik lagi ke sana, eksplorasi lagi. Guru Vicky di sana terus ngasih tahu untuk eksplorasi sendiri karena sudah tahu tekniknya. Vicky tanya sertifikat bagaimana, katanya nanti aja. Makanya pas 2017 itu Vicky mengambil sertifikat di Hong Kong," ungkap Vicky.
"Sebenarnya di luar negeri itu ada banyak licence, di Amerika ada sendiri, di Eropa ada sendiri jadi kita tinggal pilih. Waktu itu kita ambil di Hong Kong karena dekat," sambung Vicky.
![]() |
Lain Vicky, lain Mamethoo, dia mengaku diceburkan oleh Vicky. Walaupun dunia panggung bukan sesuatu yang asing baginya.
"Aku itu sebenarnya diceburin sama Vicky Burki kan ya. Jadi, memang di dunia panggung dari SMA sebagai dancer. Aku paham dance, tapi nggak paham pole dance. Dari murid sampai kemudian sekarang jadi pengajar, karena muridnya juga semakin banyak. Jadi, so far memang IPDA sudah melahirkan yang bisa mengajar juga. di Jakarta sudah ada Polytique, Rocket Studio dan beberapa studio private lainnya. di luar Jakarta ada di Surabaya, Semarang, Malang, Makassar," jelas Mamethoo.
2014 IPDA melatih 5-6 orang, 2023 IPDA, melatih sampai dengan 50 orang. Dihuni oleh 90% perempuan dan sisanya laki-laki, usia 25-60 tahun. Tidak salah tulis, iya, usia 60 tahun menari dan akrobatik dengan baik di atas tiang, dari beragam latar belakang, pengusaha, pelajar juga ibu rumah tangga.
![]() |
"Perkenalan kita by doing aja, kita juga nggak terlalu banyak bikin kayak misalnya seminar. Kita berjalan saja sebagai keluarga, ada suka, ada yang tidak. Sama seperti olahraga lainnya, kita nggak bisa kalau cuma coba-coba. Harus mencintai, fokus dan ditekuni baru bisa mencapai level yang tinggi. Apalagi pole dance itu nggak cuma olahraga, tapi juga seni. Pole bisa dicampurkan ke berbagai kolaborasi seni," papar Vicky lagi.
Sebagai salah satu cara menguji para muridnya, IPDA rutin melakukan pertunjukkan internal dua kali dalam setahun.
"Kita setahun itu dua kali bikin showcase, terakhir ada 40-50 orang. Ini orang-orang yang konsisten, ada anak remaja, pengusaha, dokter, pengacara, ibu-ibu muda. Cuma kalau anak-anak muda ini manjanya, jadi Vicky suka bilang, 'masa kalian kalah sama tante-tante ini'. Jadi saling menginspirasi dan bukan berarti yang tua itu lebih lemah," tutup Vicky tegas sembari tertawa.
(mif/nu2)