Pole Dance, Melawan Stigma dengan Tarian dan Tiang

Pergaulan

Pole Dance, Melawan Stigma dengan Tarian dan Tiang

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Selasa, 30 Mei 2023 08:04 WIB
Jakarta -

Ragam tarian hadir sebagai bentuk budaya, baik dalam konteks hiburan sampai urusan Ketuhanan. Kemudian diklaim sebagai tarian tradisional, kontemporer, modern dan lainnya. Pole dance, menjadi satu dari sekian banyak tarian tersebut.

Menyebut pole dance tentu mudah langsung mengimajinasikan orang-orang yang menari meliuk di tiang. Semudah citra buruk yang juga serta-merta dilabelkan sebagai striptis. Padahal, pole dance, tidak sesederhana sekadar seksi dan menari sensual pemuas mata.

Sejarah mencatat pole dance sebagai gerakan seni akrobat yang berangkat dari India, terbang Cina sejak abad ke-12. Tumbuh sampai ke Amerika Serikat yang konon kabarnya lahir pada era 1800-an. Memasuki 1920-an, barulah pole dance dikenal baik sebagai tarian bercitra seksi dan sensual. Jika merujuk pada budaya pop, Elvis Presley mengenalkan pole dance dalam video musiknya Jailhouse Rock, yang sejak saat itu invasinya meluas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pole DancePole Dance Foto: Pradita/detikHOT

Lompat ke negara kita Indonesia, pada 2014, untuk pertama kalinya, studio untuk latihan pole dance lahir bernama Indonesia Pole Dance Association (IPDA). Dipimpin oleh salah satu selebriti, juga penggiat olahraga kenamaan Vicky Burki, usai Vicky Burki pulang mencari ilmu dari Canberra, Australia. Perlahan tapi pasti, IPDA terus memantapkan tariannya sampai kemudian melahirkan banyak murid yang menjadi guru dan membuka studio pole dance lainnya.

detikHOT memutuskan untuk menuliskan tentang pole dance sejak hari ini, olahraga tersebut makin ramai diminati. Masuk ke dalam studio IPDA yang terletak di Kawasan Bangka, Jakarta Selatan, pole dance sama sekali bukan soal sensualitas. Tiga murid yang sedang berlatih itu berpeluh keringat, badan yang memar, otot-otot dan teriakan paksaan dari Vicky Burki yang meminta murid-muridnya untuk senyum.

ADVERTISEMENT

Sore itu, Vicky Burki ditemani oleh rekannya mendirikan IPDA, Mamethoo. Beres melatih, setelah sebatang rokok untuk beristirahat, Vicky dan Mamethoo kemudian berbincang dengan detikHOT tentang dinamika perjalanan mereka bersama pole dance dan IPDA. Menjawab pertanyaan pertama dan yang menjadi pandangan semua orang, soal stigma striptis.

"Kenapa dikaitkan dengan striptis? Karena dulu kala, tiang itu ada di klub, zaman dulu banget sih. Tahun 30 atau 40 kan mereka banyak pesta-pesta gitu, ada tiangnya. Kenapa ada tiang? Karena apa, ada sirkus kan. Sirkus-sirkus pakai tiang, narinya di tiang. Nggak mungkin dong narinya kayak robot, pasti ada gerakan yang dianggap seksi, ditambah bajunya mungkin, akhirnya di zaman identik dengan stritptis," buka Vicky Burki.

Pole DancePole Dance Foto: Pradita/detikHOT

"Padahal kalau mereka lihat lagi ke arah kiri atau kanan, sirkus orang-orang Cina, Malakan India, itu sudah pakai yang kaya bambu gede. Padahal, itu susah banget lho, kalau jatuh gegar otak kali," sambung Vicky lagi.

Mamethoo yang disebut di atas tadi, benar seorang pria. Dan, bukan hal yang aneh kalau ternyata seorang pria juga menekuni pole dance. Lagi-lagi, soal stigma.

"Stigma itu tergantung orangnya ya, maksudnya se-educated apa dia, wawasannya seluas apa. Jadi, kalo misalkan memang nggak ngerti ya wajar saja, stigmanya jadinya negatif. Tapi kalau dia wawasannya sudah luas, sudah lebih melihat dunia luar jadi dia lebih 'oh iya keren ya' dan lain sebagainya. Kalau misalkan mau diusut lagi, pole dance ini kan asalnya dari India, jadi tradisi India itu bener-bener pria semua. Mereka pakai batang kayu, kemudian berkembang di klub malam diganti dengan besi stainless," jelas Mamethoo.

"Okay iya kita pakaiannya mini. Mereka kemudian berpendapat negatif karena mereka tidak tahu kalau tiang itu harus bener-bener nempel ke kulit. Kalau dia pakai celana, melorot dan sulit bergeraknya. Tapi lambat laun masyarakat Indonesia makin pintar sekarang, sudah perlahan mengerti," sambung Mamethoo.

Dari apa yang dilihat oleh detikHOT, maupun cerita keduanya, pole dance jelas sebuah olahraga yang membutuhkan tenaga karena terlihat sangat melelahkan. Mengangkat badan sendiri untuk akrobatik sembari memeluk sebuah tiang tentu tidak akan pernah mudah.

Pole DancePole Dance Foto: Pradita/detikHOT

"Kita mengerti sih kita nggak bisa maksa orang 'nggak boleh punya pikiran negatif'. Wajar aja kalau mereka punya pikiran negatif. Ya kita jalan aja toh nanti mereka akan tahu sendiri, biar nanti waktu yang menjawab," ucap Vicky."

"Waktu di awal itu banyak teman-teman selebriti yang latihan sama kita. Walaupun mereka diomongin sama orang-orang ya. Tapi, mereka secara tidak langsung menjelaskan ke public kalau pole dance itu sudah lho," timpal Mamethoo.

Dari cerita Vicky, pole dance sendiri sebetulnya tidak melulu soal seksi. Ada yang dinamakan pole sport, pole dance, pole street yang memanfaatkan fasilitas umum, juga pole dance exo. Untuk yang terakhir ini yang memang lebih sensual dan eksotis dengan tidak terlalu banyak gerakan akrobat.

Sebagai yang pertama Vicky Burki dan IPDA punya perjalanan panjang untuk meyakinkan banyak orang bahwa mereka punya kapasitas secara teknis untuk itu. Apa saja upayanya? Di sisi lain, pole dance juga ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik sebagai olahraga, tapi juga psikologis. Selengkapnya hanya di detikHOT.

(mif/nu2)

Hide Ads