Gilang, seorang DJ sekaligus pendiri kelompok musik kolektif paling populer di Bali, PNNY, pun menyebutkan nama Deus.
"Tempat yang pertama kali buka setahu aku ya Deus, nah mulai pindah ke Canggu. Dulu kalau mereka acaranya hari Minggu. Kalau ke Deus itu kayaknya jauh banget, it's like going from Seminyak to Uluwatu, padahal cuman di situ sekarang. Deus buka, semua shifting ke sana, semua orang pindah ke Canggu, mungkin around 2015-2016, so many club opening. Deus, Old Man's dan The Lawn, itu kayaknya the first three bar/club was happening at that time," papar Gilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama dengan Gilang, detikHOT ingin sedikit bernostalgia bagaimana perjalanan perpindahan itu, terutama yang dirasakannya langsung. Mengingat, Gilang murni putra daerah, dengan popularitas yang diakui para penikmat pesta.
![]() |
"Jadi dulu waktu aku pertama kali keluar, SMP gitu ya Double Six, yang masukin ibunya Alex (PNNY). Habis itu ada kelab namanya Embargo di Legian, di sana it was a run about good three years i think, setelah itu mulai shifting to Seminyak. Mamsa yang punya Jenja, buka kelab namanya Mint, sekarang jadi Red Ruby. I think it was the first club in Seminyak, di sampingPotato Head, buka itu mulai shifting ke sana semua. Double Six tutup, eranya mulai ke Seminyak. I think it was around 2014 atau 2015."
"The Straw Hut buka, nah ini jadi tempat pre-drinks anak-anak dari sekolah internasional. Karena ada band sambil dinner, selesai baru pindah tempat cari DJ. Terus Mamsa buka Jenja, semua berpindah ke Jenja. Barengan sama itu, orang-orang shifting ke Canggu. Tapi, Legian, Seminyak juga masih solid. La Favela, Jenja, The Straw Hut, terus Mexicola, nah itu waktu really strong in that area. Abis itu 2-3 tahun setelahnya, Deus pop in, semuanya langsung ke Canggu. Tapi Canggu cepet banget, tiba-tiba like everybody just shifted to Canggu."
![]() |
Sebelum sampai kepada para narasumber, detikHOT menyempatkan untuk berkeliling pada malam hari, sekitar jam 22.00 WITA, ke area Kuta dan Legian. Tidak bisa dibilang kosong, tapi memang tak berisik seperti biasanya ketika Sky Garden dan Gang Poppies di puncak kejayaan. Jalanan Kuta yang penuh nostalgia pada era 2000-an juga tak terasa lagi. Sedangkan, di hari yang lain, tapi sekitar jam yang sama, detikHOT melihat area Seminyak dan Petitenget, masih punya daya magnet yang kuat.
"Sekarang memang crowd di sana agak older. Sudah beda," timpal Gilang.
"Kalau ditanya kenapa, ya mungkin karena orang-orang pasti datang ke tempat yang happening kan. Kaya Poppies, Legian, itu sudah lewat masanya, jadinya sekarang ya ditinggalin. Mungkin pun masih ada tapi sepertinya sudah bakalan drop. Tamunya juga udah beda, entah dari mana. Kalau di sini (Canggu) kan kita masih kenal, ini siapa-siapa. Kalau di sana (Kuta, Legian) udah nggak tahu lagi, udah beda aja," Yukey menyetujui.
(mif/nu2)