Citra permainan sepatu roda, skateboard dan sejenisnya yang dianggap merusak atau vandalisme, sudah lama menjadi sorotan. Bagaimanapun dijelaskan, rasanya citra tersebut cukup sulit untuk dihapuskan secara penuh.
Komunitas sepatu roda, Skatelovers juga mau tak mau menjalani kegiatan mereka dengan label tersebut. Apalagi kalau bicara ruang publik, pengusiran dan berpindah-pindah tempat bermain kerap dialami.
"Di usir tuh dari Lapangan Banteng, akhirnya ke Stadion GBK. Awalnya waktu main di GBK, CCTV belum nyala masih boleh sampai jam 12 malam. Ketika renovasi, CCTV-nya aktif, sempat kena tegur. Dari situ baru dibuka Pintu 3 atau Gate C," pendiri Skatelovers, Tasha, berbagai ceritanya kepada detikHOT.
![]() |
Dalam obrolan bersama detikHOT, Skatelovers menjelaskan bahwa sepatu roda sebetulnya tidak merusak seperti yang dicitrakan. Apalagi untuk jenis quad skate yang mereka mainkan, karena mayoritas digunakan untuk menari atau setidaknya roll out atau jalan-jalan santai beramai-ramai.
"Sepatu roda kesannya destruktif, padahal nggak. Kemarin kita ada beberapa kali acara di tempat-tempat kayak bar, sama sekali nggak ngerusak. Apalagi kita lebih banyak di roller dance, nggak mungkin kita joget-joget terus lompat-lompat," tambah pendiri lainnya, Jheffry.
"kita juga waktu CFD (Car Free Day) atau kita lagi roll out di jalan, kita selalu mengingatkan untuk jangan ganggu pengguna jalan, jangan buang sampah. Jadi yang ngerusak itu hanya oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, mau dia pake sepatu roda atau skateboard, itu oknum. Tapi kalau kita sendiri tidak pernah menganjurkan temen-teman untuk begajulan di tempat umum, dan nggak mungkin juga kita rusak karena kita yang pakai," tegas Jheffry lagi yang juga aktif bermain skateboard.
![]() |
Dari penjelasan Skatelovers, memang ada berbagai genre dari sepatu roda itu sendiri, roller dance, artistik dan agresif yang bermain dengan banyak trik. Kalau bicara genre agresif, tentu saja skatepark menjadi pilihan utama karena memiliki banyak fasilitas yang menunjang.