Panjang Umur Sepatu Roda

Pergaulan

Panjang Umur Sepatu Roda

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Jumat, 19 Agu 2022 14:29 WIB

"Kalau aku dulunya belajar sendiri dance-nya, karena sudah punya dasar nari. Ditambah aku juga belajar secara online dari guru-guru luar juga. Setelah udah banyak tabungan ilmunya, baru kita bagikan ke teman-teman di sini," Nadin melanjutkan.

Dari 300-500 murid yang aktif di Skatelovers, tidak semuanya berasal dari Jakarta atau Indonesia. Banyak juga yang berasal dari luar negeri dan aktif mengikuti kelas online yang diadakan.

"Dulu murid itu dari 8, terus ke 48 orang. Sekarang kalau dilihat di database ada 500-an. Ada yang tinggalnya di Sukabumi, Cirebon, Semarang, Surabaya, bahkan ada yang di Spanyol, Amerika, Filipina juga. Ya bisa dibilang komunitas sepatu roda yang fokusnya ke edukasi, Skatelovers yang pertama dan paling besar," tambah Nadin lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SkateloversNadin Skatelovers Foto: /detikHot



Tentunya akan sayang jika sudah bisa meluncur, tapi tidak bersenang-senang. Itu mengapa, Skatelovers juga punya agenda untuk mengadakan acara dan tampil bersama. Salah satu yang terbaru bertajuk Playback Disco, di mana mereka berseluncur dan menari bersama dengan musik-musik lama dan berdandan layaknya era 70-80.

"Biasanya sih kita ngadain juga roll out bareng. Bisa di CFD (Car Free Day), atau kalau juga nemu tempat baru, main di sana. Kita bikin acara Halloween juga, kita dress up. Main ke skate park juga," Tasha menjelaskan.

ADVERTISEMENT

Tujuan untuk menjadikan Skatelovers sebagai asosiasi memang belum terpikirkan. Bicara kompetisi, roll dance misalnya, pun masih dirasa sulit atas berbagai alasan. Namun, kalau bicara soal mengembangkan komunitas dan edukasi, masih terus berapi-api agar semua ini bisa langgeng lebih dari sekadar trendi.

"Kalo gue sih nggak mau ini jadi trend, maunya sih bertahan lama, jadi lifestyle juga. Makanya harus ada edukasinya, ada inovasinya, bikin kegiatan jadi orang-orang bertahan terus," Jheffry angkat bicara.

SkateloversJheffry Skatelovers Foto: /detikHot

Segitu semangat mereka berempat terhadap sepatu roda, menggambarkan sepertinya sepatu roda lebih dari sekadar meluncur. Apa yang membuat Tasha, Aya, Nadin dan Jheffry jatuh cinta terhadap sepatu roda begitu dalam?

"Kalo gue tuh tantangan sih, di atas roda itu gue harus bisa mengendalikan. Gue suka adrenalinnya, agresifnya yang bebas ke sana, kemari. Kalau gue lagi trick-trick yang lompat gitu, kayak terbang kesannya. Kalau dance, karena gue bukan anak disko, pakai sepatu roda bawannya mau disko terus," ungkap Jheffry.

"Kalo menurut aku, olahraga ini tuh bikin aku pengen belajar terus. Haus terus besok mau apa lagi dan lagi. Di sini juga aku merasa dan menikmati jadi diri aku sendiri," ujar Nadin.

"Kalo aku juga sama, pengen belajar banyak karena nggak abis habis-habis ya trick ini-trick itu. Dan rasanya, ketika kita sudah pusing sama kerjaan, begitu main sepatu roda semuanya hilang gitu aja, stress release. Jadi healing gitu lah ceritanya," timpal Aya.

SkateloversAya Skatelovers Foto: /detikHot

"Ini meditasi gue sih. Jadi, cukup beli sepatu roda aja itu udah bisa mewakili semua untuk meditasi. Dan, ini olahraga yang bisa dilakuin di semua tempat dan bisa di-mix sama olahraga lain. Bisa dance, agresif, zumba, ngebut-ngebutan, main di mana aja, ini olahraga yang sangat fleksibel banget," kata Tasha sekaligus mengakhiri obrolan.

Kepada detikHOT juga, Skatelovers bercerita lebih lanjut tentang pandangan vandalime yang kerap melekat. Sampai ke agenda besar mereka berangkat berseluncur ke Eropa mewakili Indonesia. Ikuti terus hanya di detikHOT.


(mif/nu2)

Hide Ads