Beberapa bulan belakangan, di media sosial muncul video-video dua pasangan bocah diwawancarai. Jawaban-jawaban mereka terdengar lugu.
Awalnya video itu terlihat biasa, kemudian timbul perasaan mengganggu karena konten serupa mulai menjamur, muncul dan muncul lagi dengan sosok narasumber baru. Tapi lama-lama, tanpa disadari video-video itu mulai asyik buat ditonton, bikin heran, lalu terkadang senyum-senyum sendiri.
Semakin ditelusuri, ternyata para konten kreator itu punya banyak pengikut terutama di TikTok dan Instagram. Mereka juga niat banget hunting mencari sosok-sosok untuk dijadikan narasumber dalam videonya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi fenomena yang terjadi di media sosial itu bukan tak mungkin bisa menjadi sesuatu. Seperti Shibuya di Jepang, yang punya sejarah panjang sebagai tempat pertemuan banyak orang.
Kala itu, jalur Tokyo dibuka besar-besaran, menjadikan Shibuya sebagai terminal utama yang menghubungkan ke beberapa kota. Era '80-an, Shibuya kemudian makin populer di kalangan anak muda, muncul toko-toko hingga restoran untuk mengakomodasi mereka.
Melihat Jakarta adalah lokasi paling strategis sebagai tujuan utama anak-anak muda dari kota-kota penyangganya, ditambah lagi transportasi yang mulai bisa menunjang, muncul jugalah fenomena Bonge dan Kurma ini.
Anak-anak yang berusia di antara 11 sampai 16 tahun itu niat banget nongkrong di kawasan Dukuh Atas hingga Jalan Sudirman ini, mereka punya ciri khas penampilan yang mencolok. Tak cuma dari gaya busananya saja, tapi juga perilaku mereka yang terkadang bikin orang dewasa heran. Sebab, belakangan muncul sebuah video yang memperlihatkan salah satu dari mereka membawa mini compo, lalu dengan percaya diri melakukan aksi breakdance.
Andy Tumere merupakan salah satu konten kreator yang videonya kerap viral. Salah satunya video saat mewawancarai sosok bernama Roy.
"Mereka ke Sudirman buat nongkrong doang, mereka ada komunitas dan mereka naik kereta. Mereka kumpul di area Stasiun Dukuh Atas, BNI City. Setiap hari ada aja bocilnya, tapi ramai di hari Sabtu-Minggu," ungkap Andy Tumere.
Menurutnya lebih dari 200 orang anak-anak itu berkumpul setiap weekend. Andy Tumere juga mengaku awalnya iseng karena melihat outfit mereka. Tapi ternyata video-video itu kemudian menjadi viral.
"Alasan awalnya iseng, awalnya saya seorang YouTuber prank, karena gabut, saya coba wawancara anak-anak itu, karena outfitnya lumayan nyentrik dan unik," katanya.
Belakangan, karena makin banyak cerita-cerita lucu, lugu cenderung aneh dari narasumbernya, muncul dugaan konten-konten itu cuma settingan. Benarkah?
"Real!" tegasnya.
(nu2/wes)