Bicara pergaulan di Yogyakarta kurang lengkap rasanya jika tidak mengikutsertakan barbershop atau hair studio bernama THXFSLT alias Thanks for Solution. Sebuah studio kesenian yang memberi fokus utama pada gaya rambut, laki-laki dan perempuan.
THXFSLT dikepalai oleh Tengku Fadli, perantau asal Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah yang merantau ke Yogya sejak 2010 untuk kuliah. Takdir berkata lain, dirinya kemudian menjelma menjadi sosok rujukan sejak mengikuti kompetisi kapster (pemangkas rambut) berskala nasional The Cuts pada 2017. Setahun kemudian, nasib membawanya ke arah lain.
Perjalanan Fadli dimulai dari berkolaborasi dengan barbershop bernama Budiman. Usai dari sana, dirinya membentuk bendera sendiri, Tengku Fadli Studio yang kini dikenal dengan THXFSLT. Dari satu berlipat menjadi lima orang dengan spesialisasi rambutnya masing-masing. Sah jika dikatakan, kemunculannya adalah penglaris bagi hadirnya tren barbershop di Yogyakarta.
![]() |
Dulunya yang hanya melayani laki-laki, sekarang perempuan pun bisa mempercayakan mahkota mereka. Pelayanan tidak hanya untuk potong rambut, tapi juga lengkap merambah ke styling juga coloring dengan harga mulai dari Rp70.000 sampai Rp350.000. Dapat dikatakan, menjadi yang termahal di kota pelajar tersebut. Meskipun begitu, pelanggan tidak merasa keberatan dan terus berdatangan.
"Aku nggak tahu sih kalau dibilang apakah THXFSLT adalah rujukan. Karena kan orang yang menilai. Selama ini aku bergerak sesuai apa yang emang aku suka, aku punya pola pikir sendiri. Aku dulu sengaja ketika motong rambut itu nggak bisa asal motong aja. Karena kan aku memang peduli gitu loh dengan yang aku suka, dengan rambut. Kalau asal kelar doang nggak ada kepuasaan," bukanya ketika ditemui detikHOT di studio miliknya, Yogyakarta.
Fadli mengakui, 2018 pertumbuhan barbershop marak luar biasa. Semua seakan berlomba untuk membuat bisnis yang sama. Sayangnya, tidak semua mencintai rambut seperti Fadli. Baginya, daripada menurunkan harga demi persaingan, lebih baik tetap atau menaikkan, tapi memberikan nilai lebih.
![]() |
"Justru kalau harganya murah, stigma mereka itu bakalan kurang baik. Karena aku percaya bahwa masa sih cuman aku doang nih yang punya selera sepeti itu. Pasti ada juga orang yang suka dengan kedetailan potong rambut. Kayak misalnya dia perhatian dengan rambutnya, akhirnya aku bikin harga lebih tinggi, dan pelan-pelan orang yang datang ke sini orang yang kayak aku juga, yang emang peduli sama rambut," sambungnya.
Tantangan selalu ada, mengedukasi pelanggannya tentang rambut dan gayanya bagian dari itu. Seringkali yang dihadapi adalah para pelanggan kurang mengerti bahwa tidak semua gaya, cocok di semua orang. Terlebih ketika menggunakan referensi orang asing.