Di Balik Tren Layangan Koang Karakter Kuntilanak yang Viral

Di Balik Tren Layangan Koang Karakter Kuntilanak yang Viral

Febriyantino Nur Pratama - detikHot
Senin, 06 Jul 2020 14:26 WIB
Layangan Koang
Layangan kuntianak yang tengah viral / Foto: (Febri/detikcom)
Jakarta -

Layangan koang karakter tengah ngetren di masa pandemi Corona ini. Bahkan beberapa layangan berbentuk setan kuntilanak hingga hal-hal yang tak wajar viral di jagat maya dari penampakan di banyak tempat.

Rupanya momen tersebut membuat Bandi sang pengrajin layangan tradisional tengah kebanjiran pesanan. Bandi sendiri menerima pembuatan layangan besar, mulai dari model koang tradisional hingga layangan karakter.



"Iya pembuatan sendiri kita produksi sendiri. Banyak ini juga, pesenan belum kelar semua. Tergantung permintaan ya kalau ada yang minta kita bikinin koang kita bikinin kuntilanak kadang pocong banyak dah macem macem," kata Bandi dihubungi detikcom baru-baru ini.

Bandi juga mengaku layangan koang produksinya dijual dengan harga yang terjangkau. Dia memasarkan layang yang paling kecil seharga Rp 30 ribu sampai yang terbesar Rp 75 ribu yang berukuran dimensi 2 meteran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Layangan KoangLayangan Koang Kuntilanak yang sedang tren / Foto: (Febri/detikcom)



"Kita murah nggak jual mahal, dari yang ukuran kecil Rp 30 ribuan, sedang Rp 50 ribu yang paling gedenya Rp 75 ribu. Harga rumahan. Size paling kecil 1 meter tinggi 1,5 meter lebar sayap 1 meter. Ukuran yang sedangnya itu ukuran 1,5 meter. Produksi kita yang paling besar tuh 2 meter. Udah sama gebang (senar penghasil suara di layangan koang)," beber Bandi.

Bagi Bandi, produksi layangan koang merupakan mata pencaharian sampingannya. Sebelumnya ia adalah seorang karyawan namun karena badai PHK akibat pandemi Corona, dia harus banting stir memproduksi layangan unik tersebut.

"Kalau layangan kita sampingan, sebenarnya kita kerja, karena Corona kemarin kena pengurangan pas sama lagi musim layangan. Ya alhamdulillah penghasilannya (ngebantu ekonomi)" ungkapnya.

Soal omset setiap bulan yang ia terima, Bandi akui dapat mencapai jutaan.

"Kalo dihitung-hitung bisa sampai, ya kalau kita produksinya rutin bisa sampai maksimal Rp 6 jutaan ada bang iya (perbulan). Sehari kalau jadiin layangan 3-5 layangan dengan harga Rp 50 ribu kita kali lima ajah udah Rp 250 per hari," ungkap pria 24 tahun ini.

Sementara itu menurut Abe dari Kitenesia, dia membuat layangan kekinian bukan tradisional. Seperti memakai karakter hantu lokal, pocong hingga kuntilanak.



"Kalau saya jualan bukan layangan tradisional biasa tapi layangan kekinianlah. Karena bentuknya macem-macem layangan karakter sekarang layangan setan tuh kuntilanak pocong lagi ngetren. Kuntilanak itu kita bikin 2 meteran disesuaikan sama ukuran orang " lanjutnya.

Abe juga menambahkan, brandnya juga ingin mengangkat industri layangan konvensional agar lebih dikenal secara moderen.

"Kita mikir ini layangan kan udah lama ya cuma industrinya gitu-gitu aja. Kita level up industri layangan ini makanya kita buat brand layangan kekinian. Layangan kita bukan buat kontes melainkan buat pembeli yang pengen layangan unik," ungkapnya.

Beberapa pembeli juga kerap meminta layangan dengan konsep tematik. Seperti bertemakan presiden hingga Wiji Tukul dan pesepak bola.

ADVERTISEMENT

Layangan KoangLayangan Koang berbentuk pocong juga sempat viral / Foto: (Febri/detikcom)



"Kaya angkat isu politik sosial itu atau ngikutin trend yang ada atau ngikutin karakter karakter yang populer kaya nanti tentang Lipervool baru juara, atau lain lainya masih banyak. kedepannya mungkin lebih banyak lagi. Banyak masukan kayak layangan Wiji Tukul kaya layangan presiden gitu gitu," bebernya.

Dalam membuat layangan Abe juga mengaku perlu keahlian khusus. Setiap desain layangan harus diuji layak terbang, karena setiap desain berbeda-beda.

"Pasti ada setiap desain itu konsepnya beda-beda dan rangkanya itu juga beda perlu tes juga biar layangannya bisa terbang. Dites kadang kita bikin rangkanya (layangannya) nggak bisa terbang jadi kita rombak lagi kerangkanya," beber Abe.

Baca juga: Kontroversi Ondel-ondel Ngamen di Jalanan yang Keluar Pakem Budaya Betawi

Untuk harga sendiri Abe mematok harga per layangannya mulai dari Rp 90-Rp 120 ribu. Dengan dipasarkan lewat media sosial maupun market place sehingga pasarnya dikenal secara nasional.

"Kita dari standar 90-120 ribu. (pasar) Nasional karena kan kita buka juga di market place. Sejauh ini ke Pati Blitar Jawa Timur," katanya.




(fbr/doc)

Hide Ads