Dewan Kesenian Jakarta Bersuara soal Revitalisasi TIM

Dewan Kesenian Jakarta Bersuara soal Revitalisasi TIM

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 19 Feb 2020 20:46 WIB
Forum Seniman Peduli TIM gelar aksi teatrikal di reruntuhan Graha Bhakti Budaya di TIM, Jakarta, Jumat (14/2). Mereka menuntut penghentian proyek pembangunan hotel.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Semrawutnya persoalan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) belum mencapai kata sepakat. Setelah Forum Seniman Peduli TIM menemui Komisi X DPR RI pada Senin (17/2), hasil sementara adalah para seniman yang mengatasnamakan #SaveTIM itu meminta moratorium atau berhenti sementara.

Giliran Dewan Kesenian Jakarta buka suara mengenai revitalisasi TIM hingga ekosistem seni di masa depan. Dalam diskusi terbuka s
Dan jumpa pers pada awak media, Ketua Plt Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Danton Sihombing, menuturkan pada Jumat (14/2) pihak DKJ diundang oleh teman-teman #SaveTIM untuk berbincang.


"Kami dikasih ruang untuk bicara. Singkatnya masalah di hulu ada dua, di wilayah tersebut dan wilayah politik anggatan DKI. Kita tarik permasalahan kembali dari munculnya SK. DKJ sudah mengajukan tiga nama sebagai tim revitalisasi tapi dieliminasi sejak diskusi awal," ungkap Danton di lobi Teater Kecil, kompleks TIM, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2020)..

Setelah nama-nama itu dicoret, muncullah beberapa nama seniman dalam tim revitalisasi. Di antaranya adalah Ari Batubara, Yusuf Susilo, Arsono, dan lain-lain.

"Ada 3 poin penting dengan melakukan diskusi forum oleh seniman. Kemarin kami juga diundang oleh Pak Gubernur dan kami ungkapkan semuanya. Di wilayah pengelolaan, kami ingin ada voting rights seniman. Seniman adalah stakeholder, voting rights-nya di mana," katanya.

Danton menuturkan ketimbang memperkeruh permasalahan revitalisasi TIM dengan emosional, DKJ justru melakukan kerja nyata selama tiga tahun belakangan. Sepanjang 2019, Komite Teater, Tari, Seni Rupa, Film, Sastra, dan Musik DKJ menggelar 44 program bertaraf lokal dan lebih dari 200 mata acara.

Ketua Plt Komite Film, Hikmat Darmawan, mencontohkan ketika komite film kehilangan bangunan fisik untuk program Kineforum maka platform itu bisa hadir di ruang lainnya.

"Yang kami kembangkan 2019 adalah gagasan Kineforum dan bagaimana mewujudkannya. Kami menganggap Kineforum asalah ruang untuk produksi ilmu pengetahuan tentang film dan melalui film," terangnya.


Hikmat pun melanjutkan, "Isu revitalisasi ini berkelindan dan menjadi kompleks. Kami yang duluan terdampak harus melakukan program yang lebih berkembang lagi dan berpikir gimana cara membangun ekosistem perfilman di Jakarta maupun Indonesia."


DKJ pun mempertanyakan seharusnya sistem pengelolaan TIM versi baru harus dikaji dan dikawal dari sekarang. Hal itu pula yang ditegaskan tim DKJ pada awak media.

"Pemprov DKI sebagai yang punya lahan bangunan dan Jakpro sebagai pelaksana pembangunan, seharusnya sudah punya kajian mengenai sistem pengelolaan yang lebih jelas saat rampung nanti pada November 2021," pungkasnya.

Sebelumnya, Direktur Operasi PT Jakarta Propertindo (Jakpro) M Taufiqurrachman mengatakan proses revitalisasi TIM mencapai angka 15 persen. Setelah Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) yang dibongkar, pihak Jakpro tetap mempertahankan area Planetarium.



Simak Video "Video: Suasana Rumah Duka Hamdan ATT"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads