Itulah kalimat perenungan Mudji Sutrisno SJ ketika membuat sketsa yang tak lagi melulu hitam dan putih. Ada merah, hijau, dan kuning berpadu selaras.
Pria yang akrab disapa Romo Mudji ini punya cerita kenapa akhirnya ia mau menggores sketsa berwarna. Berawal dari perjalanannya ke Kathmandu, Nepal, bersama wartawan Majalah Tempo, Seno Joko Suyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keindahan itu makin menggoda ketika stupa-stupa tersebut ditaburi tepung-tepung bunga, tali, serta kertas doa sebagai laku sujud yang begitu sakral.
Jika ditarik lebih jauh, maknanya menjadi universal. Dimana stupa berwarna menganalogikan warna-warni religi Indonesia yang majemuk, tapi satu 'religiusitas', yakni orang-orang berkebudayaan dan berbudi pekerti.
"Spiritualitas ada di balik warna-warni itu. Maka, saya coba oleskan rasa suasana religius tadi dengan mewarnai sketsa," ujarnya.
Dari 104 karya yang dipamerkan, Romo Mudji membuat 54 sketsa berwarna berukuran 21 x 29,7 cm sejak Agustus 2013. Beberapa di antaranya sketsa Catur Muka Shivalingga, Durga, Catur Muka Lingga Yoni, dan lain-lain.
(fip/utw)