.webp)
Sarah Azhari membuka cerita kelam masa lalunya. Dia menjadi salah satu korban yang direkam diam-diam saat ganti baju di toilet.
Saat itu, dirinya sedang menjalani casting di salah satu studio foto. Dia tak menyangka tempat yang harusnya privasi, justru menjadi target oknum nakal meletakkan kamera dan merekam segala aktivitas di tempat tersebut diam-diam.
Kasus video ganti baju itu terjadi sekitar 2003. Hasil rekaman diam-diam itu diperjualbelikan dalam bentuk VCD gelap. Itu menjadi masalah terberat untuk Sarah Azhari dan membuatnya trauma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Traumalah. Saking traumanya kita lupa, ini di mana ya? Kita ingat-ingat pas udah hampir beberapa minggu baru aku ingat. Kena PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder atau gangguan stres pascatrauma) jadinya," cerita Sarah Azhari saat menjadi bintang tamu Rumpi: No Secret, dilihat dalam channel Trans TV Official, Jumat (5/12/2025).
Sarah Azhari mengakui kasus itu berimbas pada mentalnya. Perempuan berusia 48 tahun itu mengaku sempat dihantui perasaan cemas.
"Oke mungkin aku kelihatan kuat gitu ya, tapi kalau di depan orang banyak jadi berpikir. Mau keluar aja kayaknya gak enak gitu. Ini orang nanti mikirnya gimana? Udah ngeliat aku kayak gitu. Aku lagi di toilet, ya namanya juga perempuan itu privasi kan. Terus tiba-tiba diperjualbelikan VCD-nya. Kita lagi tidak mengenakan busana, lagi melakukan hal-hal yang personal," ungkapnya.
"Itu bukan hanya menghancurkan saya sebenarnya, tapi menghancurkan adik saya juga. Terutama yang laki-laki," kata Sarah.
Hal itu Sarah ketahui dari ibunda. Dia akhirnya mengetahui adik laki-lakinya merasa malu ketika teman-temannya membicarakan video tersebut.
"Sama ibu saya dia bilang, 'Mami, aku tuh.... Aku pura-pura gak tahu, tapi teman-teman aku pada yang... eh, kita lihat yuk (video Sarah Azhari ganti baju). VCD ini', gitu. Kan gak enak ya, dia punya kakak diomongin terus. Jadinya orang gak ada yang tahu kalau saya adalah kakaknya dia. Jadi dia agak-agak trauma," jelasya.
Sebagai kakak, Sarah Azhari merasa sangat bertanggung jawab dengan kondisi adik laki-laki yang masih remaja. Justru Sarah melihat saudara-saudara perempuannya jauh lebih kuat.
Gara-gara kasus itu, ibu satu anak itu juga mengalami trust issues. Sarah menjadi sangat was-was bila akan ganti baju di toilet umum.
"Saya suruh cek dulu. Ini ada orang iseng gak? Jangan diisengin ya karena nanti saya galak, saya akan ngamuk, gitu. Terus dicek berkali-kali, capek juga kan, ke toilet umum juga. Ini ada orang gila gak ya di sini, yang iseng atau gimana. Jadi seperti itu," tuturnya.
Namun, seiring berjalannya waktu dia bersyukur punya support system yang selalu mendampinginya. Mereka adalah keluarga dan suami yang selalu mengingatkannya untuk selalu kuat.
(pus/tia)
