.webp)
Nama Edwin Super Bejo dikenal sebagai salah satu figur yang selalu berhasil mengundang gelak tawa di puncak popularitasnya sebagai presenter. Namun, di balik keceriaannya di layar kaca, ia menyimpan kisah perjuangan bangkit menghadapi dan melewati post power syndrome.
Pemilik nama asli Teuku Edwin itu secara terbuka mengakui pernah berada di titik terendah dalam hidupnya. Dia berjuang melawan apa yang disebut sebagai post power syndrome, yakni sebuah kondisi di mana ia sulit menerima kenyataan saat popularitas dan kemudahan hidup tak lagi sama seperti saat masa jayanya.
"Post power syndrome itu ketika kita gak ada, tapi tetap merasa ada," kata Edwin kepada detikcom saat ditemui di Studio Trans TV, Jalan Kapten P Tendean, Jakarta Selatan, Rabu (29/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih merasa baik-baik saja, hal tersebut membuatnya lupa daratan. Perasaan selalu berada di atas angin membuatnya terlena, hingga ia harus menjual barang-barang yang pernah ia kumpulkan demi menopang hidup.
"Akhirnya jual aset-aset, sampai rumah terasa kosong," tuturnya.
Di tengah masa sulit tersebut, Edwin tak sendirian. Ia menemukan kekuatan terbesar dari orang-orang terdekatnya, terutama istri dan keluarga.
Dukungan mereka menguatkan komedian berusia 55 tahun itu agar tidak semakin terpuruk.
"Mereka tidak terikut larut untuk menuntut dan mengeluh," terang Edwin.
Sikap inilah yang menjadi penyelamat buat Edwin. Ia mengenang bagaimana istrinya yakin dirinya akan kembali seperti semula.
"Istri pernah bilang, 'Gue tahu kok, dia pasti nanti bangkit'," ungkap Edwin.
(ahs/pus)
