Uya Kuya menyekolahkan dua anaknya, Cinta dan Nino di Amerika Serikat. Meski mereka mendapat fasilitas rumah dan mobil, Cinta dan Nino bikin bangga karena tak menyerah begitu saja saat kekurangan uang jajan untuk memenuhi kebutuhan di sana.
Cinta Kuya jadi sorotan saat menjadi kerja paruh waktu menjadi pelayan restaurant. Hal itu diperlihatkan saat Uya Kuya bersama Astrid menjenguk sang anak di Amerika Serikat.
Uya Kuya menceritakan dirinya malah tidak tahu Cinta mau bekerja paruh waktu menjadi pelayan di restoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gue malah nggak tahu. Dia mau coba-coba saja. Itu mah (gajinya) nggak seberapa ya. Gue nggak pernah tanya-tanya. Harusnya (perjam dibayarnya). Gue juga nggak mau tanya juga," kata Uya Kuya di studio Pagi Pagi Ambyar, Transmedia, kemarin.
Uya Kuya dibuat bangga karena anak-anaknya tak begitu saja menyerah dan mudah minta uang jajan tambahan.
"Cinta, Nino waktu di Indonesia boro-boro dia nyuci piring, nyuci baju, goreng telor minta mbak, sekarang mereka di situ mandiri banget, apa-apa sendiri, bayar listrik, air, urus pajak, urus apa sendiri. Sekarang mereka bisa motongin pisang, motong pisang kalimantan nggak gampang," kata Uya Kuya.
"Cinta nggak bakat motongnya, Cinta di sini kena wajan. Gue ngerasa anak-anak itu, 'Anak ini makin dewasa, mandiri, mau ngerjain hal-hal yang nggak pernah mereka kerjakan dulu. Gue merasa ini ada manfaat buat mereka ke depan. Mereka nanti suatu saat kepepet, kita nggak tahu ya roda kehidupan kan berputar, misal kerjaan susah, 'Oh iya papa mama pernah sama-sama bareng kita jual pisang goreng'," tukasnya.
Uya Kuya memastikan prioritas utama tetap kuliah. Kerja paruh waktu hanya dilakukan saat punya waktu senggang. Saat ini Cinta dan Nino tengah menemani kakek mereka yang terkena serangan jantung saat berkunjung ke Amerika Serikat.
Sang kakek sempat dirawat di rumah sakit di California. Kondisi itu juga yang membuat Uya Kuya dan Astrid tak bisa pulang ke Indonesia selama 3 bulan.
Selain jadi pelayan restoran, Cinta Kuya juga suka mengumpulkan dan menjual botol bekas demi dapat penghasilan tambahan. Ketika tak bisa pulang ke Indonesia selama 3 bulan, Uya Kuya bersama anak-anaknya mencoba jualan nasi warteg dan sop buntut.
"Itu cuma ini saja. Gabut gue di sana. Bokap di rs tiap hari, gue sama sekali nggak kerja, 3 bulan nggak kerja. Harusnya pulang Oktober awal sudah pulang tanggal 1 udah punya acara stripping tiap hari. Tapi bokap kena serangan jantung mesti di sana dan nggak ada kerjaan," jelas Uya Kuya.
"Di sana ada orang indonesia, yang suka bikin Indostreet cafe, jadi orang open PO pesan makanan, dibayar diawal, mereka tinggal ambil, kita open truck gitu aja. Mobil dibuka bagasi-bagasinya gitu, habis itu kita coba nasi warteg sama sop buntut," sambungnya.
Nasi warteg dengan lauk daging dan telur laris manis. Selama berjualan Uya Kuya bersama istri dan anak-anak mengolahnya sendiri.
"Nasi warteg 12 dollar, isinya daging, telur. Yang masak kitalah kan gue dulu pernah punya restaurant, ibaratnya sudah biasa. Sop buntut pertama kali jualan hattrick 50 porsi, 16 dollar perporsi," ceritanya.
"Habis itu nasi warteg, bihun goreng, otak-otak goreng, terakhir booming pisang goreng Uya Kuya 600 pieces akhirnya nggak sampai setegah jam habis," ungkap Uya Kuya.
Anak-anaknya memang mau bekerja untuk menambah uang jajan. Bahkan Uya Kuya sempat dibuat syok karena saldo tabungan Cinta tinggal USD 3. Cinta saat itu memilih untuk tak bicara atau meminta uang tambahan.
Uya Kuya memberikan uang jajan kepada Cinta dan Nino sebanyak USD 1.000-USD 1.100 masing-masing perbulan. Uang itu sudah meliputi untuk membayar listrik, pajak, bensin, dan jajan.
(pus/dar)