Tampaknya Idul Adha 1444 H tahun ini menjadi momen berkurban yang paling terasa bagi pedangdut Dewi Perssik. Dirinya tak berkurban hewan, tapi juga emosi dan perasaannya.
Hal itu disebabkan karena dirinya mendapatkan ujian ketika hewan kurban miliknya, berupa sapi seberat 1,5 ton berujung menjadi polemik. Sapi miliknya ditolak oleh Ketua RT 06 Cilandak Barat, Jakarta Selatan, ketika hendak dititipkan di masjid area tersebut.
Kisruh makin memanas karena Depe mencurhatkan semuanya pada sesi Instagram Live miliknya. Warganet yang menonton menambah gulungan bola salju semakin besar dengan berbagai asumsi yang menurut mereka, menjadi penyebabnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari sentimen Dewi Perssik yang tidak bersosialisasi di kawasan RT tersebut, salah paham komunikasi, sampai dengan dugaan adanya unsur politis. Itikad baik untuk menyelesaikan ramai-ramai tersebut digelar Kamis (29/6/2023) tepat di hari Idul Adha 1444 H di Masjid Babul Khoirot yang masih terletak di area itu.
Mediasi dimulai sejak pukul 16.00 WIB, Dewi Perssik ditemani oleh keponakannya, Rosa Meldianti, untuk naik ke lantai 2. Awalnya proses obrolan berjalan baik-baik saja, namun satu jam berlalu tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai 2. Suara Dewi Perssik terdengar sangat keras dan lantang hingga didengar warga yang sudah berkumpul di halaman masjid di lantai 1.
Detikcom yang berada di lokasi mendengar langsung bagaimana warga yang berkumpul ikut bersorak dengan nada cibiran tiap kali terdengar suara argumentasi yang keras, baik bernada perempuan atau laki-laki. Tidak lama setelah itu Dewi Perssik keluar dari masjid berurai air mata. Dia ditemani oleh beberapa orang termasuk petugas kepolisian dan TNI.
Di depan rumahnya, Dewi Perssik langsung memberikan keterangan tentang mediasi yang berlangsung dan juga duduk perkaranya.
"Miss komunikasi yang saya lihat di sini ada pak ustaz dan Pak RT yang tidak ada komunikasi, apa yang membuat saya kecewa sikap Pak RT sendiri terhadap ART maupun orang-orang kita. Maksud saya, seandainya kecewa, kan sapinya itu bukan untuk saya dan orang lain, semua untuk warga di sini, niat saya baik lho. Tidak ada unsur politik atau apapun. Dan ini, sudah saya lakukan lima tahun terakhir," cerita Dewi Perssik.
"Salah pahamnya adalah, saya kan komunikasi langsung sama pedagang sapi orang Brebes. Saya memang tidak kasih alamat rumah saya, saya kasih alamatnya masjid belakang rumah. Biar nanti berhubungan sama pak ustaz. Itu juga nggak dititip beberapa hari, cuma beberapa jam. Karena di rumah nggak ada orang, cuma ART, semuanya perempuan, yang mana nggak ngerti juga sapinya mau diapakan. Bukan karena rumah saya nggak mau kotor. Satu ya saya nggak mau orang tahu alamat saya, dua, cuma ada ART yang nggak ngerti. Akhirnya saya bilang minta tolong sama pak ustaz aja," sambung Depe.
Komentar Ketua RT hingga sentimen politik (di halaman selanjutnya)
Simak Video: Dewi Perssik Ceritakan Lagi Penyebab Perseteruan dengan Ketua RT
Di kesempatan yang sama, Ketua RT 06 yang bernama Malkan itu turut memberikan komentar. Dia membantah bahwa dirinya menolak, hanya dia meminta adanya komunikasi terlebih dahulu.
"Ya harusnya dia komunikasi dong ke kita, datang-datang terus nitipin. Dia taruh di sini, kita jagain selama beberapa jam, apa bukan bentuk empati namanya. Kalau dibilang saya menolak, di mana menolaknya. Ada video serah terimanya," papar Malkan.
Di area tersebut, Dewi Perssik bukan orang baru. Dia telah menempati rumah tersebut sejak lima tahun terakhir, meskipun ada kalanya tak melulu menginap di sana. Kegiatan kurban dan berbagi juga telah dia lakukan sejak tahun pertama tinggal di area tersebut.
"Kalau mau saksi, warga di sini jadi saksi kok. Dari awal saya tinggal di sini saya berhubungan dengan pak ustaz itu emang udah door to door, bukan hanya sekarang. Tapi kalau keadaan di sini peraturannya adalah kalau memberikan sembako harus pamit sama pak RT, sama pak ustaz-nya. Nggak boleh bikin acara sendiri," kata Depe lagi.
![]() |
Di antara berbagai alasan tersebut, muncul satu dugaan alasan lagi, yakni politis. Dikatakan, bahwa ada perbedaan dukungan antara Dewi Perssik dan Ketua RT yang kemudian menjadi dinamika. Bukan hal baru sebenarnya ketika menyambut tahun Pemilu yang juga disebut tahun politik, masyarakat disangkutpautkan dengan salah satu pihak dan membenci pihak yang lain.
"Ketika saya live (Instagram), di situ banyak sekali yang komentar bahwa ini politik. Akhirnya saya bilang, kan dibilangnya kenapa colek Pak Anies, padahal saya tulisnya 'apakah karena saya bertetangga dengan Pak Anies?'. Karena memang saya bertetangga dengan Pak Anies Baswedan. Akhirnya sejak itu banyak bertebaran ngomongin politik," cerita Depe.
"Jadi, saya merasa ini apa apaan. Sampai tadi ngamuk-ngamukan sama Pak Topan (bagian dari RT). Pak Topan sampe bilang, 'bilang sama bos kamu, warga kita tidak kekurangan daging dan tidak butuh daging'," sambungya dengan nada bicara yang terisak.
Ketua RT kembali membantah bahwa keputusan penolakan yang dilakukan olehnya memiliki unsur politis.
"Saya nggak pernah menyinggung politik, boleh dilihat masjid ini, khatib pun. Maaf walau Pak Anies di lingkungan saya, saya nggak pernah bilang khotib ini untuk bicara politik. Boleh ditanya kepada jamaah. Kalaupun ada hal-hal yang tersinggung dengan ucapan Mbak Dewi soal politik, itu perkara lain, bukan masalah saya," ucap Malkan.
Dari cerita Dewi Perssik juga, mediasi tersebut membawa sentimen kesukuan, di mana seseorang kemudian berteriak bahwa daerah tersebut dan masyarakatnya yang diklaim sebagai suku Betawi, tidak boleh mengalah. Hal ini pun dibenarkan oleh Ketua RT 06.
"Bukan saya yang ngomong, saya nggak tahu. Tapi saya dengar kalimatnya kurang lebih, 'Anak Betawi, jangan menyerah di kampung sendiri," pungkas Malkan.