Lebaran sudah dekat dan biasanya pertanyaan soal 'kapan menikah?' akan menghantui segelintir orang. Dari tahun ke tahun, di generasi manapun, pertanyaan ini akan selalu muncul entah dari keluarga inti atau dari keluarga besar lainnya. Agak mengganggu memang, tapi mungkin kali ini kamu bisa memilih untuk memberikan jawaban terkait kemapanan. Kata ustazah, sebelum menikah seseorang harus mempertimbangkan hal ini.
Meski 'pacaran' bukan merupakan istilah yang selalu digunakan dalam Islam, namun antara dua orang yang memiliki ketertarikan dan berniat untuk lanjut ke pernikahan perlu saling mengenal satu sama lain. Dalam proses perkenalan ini tentu ada rambu-rambu yang diatur juga dalam agama salah. Kehadiran mahram pun diperlukan untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan.
"Nggak masalah untuk saling mengenal antara lawan jenis asalkan didasarkan pada niat yang benar. Jadi penjajakan siapa tahu memang jodoh atau cocok, itu nggak apa-apa. Tetapi perlu ada rambu-rambunya, di Islam itu juga diatur. Ada hadis mengatakan 'janganlah laki-laki dan perempuan berdua-duaan, tanpa ditemani oleh mahram'. Mahram itu bisa keluarga supaya menjaga agar tidak terjadi hal-hal negatif yang mendekati zina," demikian seperti dijelaskan ustazah Riri Khariroh, M.A, dalam sebuah tausiyahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riri Khariroh kemudian menyebut sebuah riwayat di zaman Rasulullah SAW ketika seorang pria mendatangi Nabi Muhammad SAW dan bilang bahwa dirinya ingin menikah. Rasul kemudian bertanya ke pria tersebut apakah dia sudah pernah melihat sosok yang akan dia nikahi. Ketika pria itu menjawab 'belum', Rasulullah kemudian mengisyaratkan kepadanya untuk mendatangi dan melihat perempuan itu.
Dari situ, menurut Riri Khariroh, kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk mengenal calon yang akan kita nikahi. Tidak hanya sekadar melihat tetapi juga mengenal. Namun yang harus diperhatikan, pertemuan dan perkenalan dalam konteks ini sudah diniatkan untuk berlanjut ke pernikahan. Juga harus ditemani oleh mahram sehingga tidak hanya berdua antara lawan jenis.
"Pacaran dalam konteks pergaulan bebas, boleh melakukan apa saja, apalagi mendekati zina, ini sudah berbahaya sekali dan dalam Islam sangat dilarang. Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 32: 'Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.' Mendekati saja tidak boleh, apalagi dilakukan. Itu juga harus diingat. Jadi sebenarnya sih dalam Islam, nggak ada istilah pacaran, tapi usaha untuk mengenal lawan jenis itu diperbolehkan. Aturannya seperti itu boleh mengenal, tapi diniatkan untuk betul-betul mengarah kepada pernikahan. Bahkan memang dianjurkan untuk mengenal dulu," lanjut Direktur Pusat Edukasi Pemberdayaan dan Konseling Keluarga PUSAKA tersebut.
Dalam proses penjajakan dan perkenalan itulah, kemudian seseorang dapat menilai bibit, bebet, dan bobot dari calon pasangan yang akan menemaninya untuk membina rumah tangga sakinah, mawaddah, warrahmah. Agama sendiri mengajarkan kita untuk mencari pasangan hidup yang saleh atau salehah. Tapi tidak terbatas pada hal itu saja, yang juga harus diperhatikan adalah aspek kemapanan.
Dalam Islam, pernikahan itu diatur dari segi tata cara, perkenalan, persiapan, cara meminang. Bahkan dalam pernikahan pun dalam rumah tangga juga diatur. Pernikahan bukan hanya untuk reproduksi saja, tetapi juga jadi perjalanan spiritual seseorang untuk dekat kepada Allah. Demikian urai Riri Khariroh.
"Kriteria dalam memilih pasangan hidup dalam Islam yang sangat utama adalah dia harus saleh atau salehah. Di samping itu juga harus sepadan, jangan sampai terlalu jomplang perbedaannya karena ke depannya bisa berdampak tidak terlalu baik. Sekufu baik dari aspek keimanan, pendidikan, harta, termasuk juga fisik. Tapi bukan berarti tidak boleh, tapi sebaiknya memang sepadan agar dalam perkawinannya sakinah, mawaddah, warrahmah. Bibit, bebet, bobotnya harus diperhatikan. Kalau memang sudah niat, secara umur sudah cukup, sekolah sudah tamat, sudah mapan, itu juga bisa jadi pertimbangan. Niat yang sungguh-sungguh untuk mencari pasangan yang akan berujung pada membina keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Anak muda kan kadang lebih senang fun, tapi seringkali berdampak negatif. Hal-hal yang tidak siap antara dua orang ini bisa berujung ke kekerasan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, penelantaran anak, KDRT, perceraian, dan sebagainya," tutup sang ustazah.
Baca juga: Kata Ustaz: Bahaya Nyinyir di Bulan Ramadan |